Beritainspiratif.com - Usai menjalani ritual mudik, para pemilik kendaraan bermotor biasanya akan segera melakukan pengecekan kendaraan. Target utamanya mengganti oli. Karena hampir semua pemudik berpikiran sama akhirnya terjadilah antrean panjang di bengkel.
Daripada menghabiskan dan membuang waktu di bengkel, ada baiknya mengetahui sendiri seberapa mendesakkah penggantian pelumas kendaraan Anda saat usai melakukan perjalanan mudik.
Dilansir dari otomotif.metrotvnews.com, sebelum melakukan perjalanan jauh biasanya para pemudik selalu mempersiapkan kedaraannya dengan baik, termasuk melakukan penggantian oli. Usia pakai oli diperkirakan sekitar 5.000-7.000 kilometer, sementara perjalanan mudik dan balik kita anggap saja maksimal 1.500 km x 2 = 3.000 km di Pulau Jawa.
Anggap saja Anda keliling mengunjungi sanak keluarga di kampung halaman dan mampir di beberapa tempat wisata. Maka total jarak yang dibukukan tentu tidak akan melebihi hingga 5.000 km. Sampai di sini Anda tentu sudah bisa membayangkan seberapa mendesak kendaraan Anda harus melakukan penggantian oli.
Perjalanan luar kota umumnya membuat mesin kendaraan bekerja lebih ringan, meskipun jarak tempuh terasa jauh.
Jika perjalanan lancar, secara otomatis putaran mesin relatif lebih stabil. Hal ini bisa ditandai dengan frekuensi pemindahan gigi transmisi yang sangat rendah karena pada jalan yang lancar membuat pengendara bisa berlama-lama menggunakan gigi tertinggi.
Kondisi seperti itu membuat beban mesin menjadi berkurang. Suhu mesin pun menjadi jauh lebih stabil dan terkontrol dengan baik. Alhasil, beban kerja pelumas pun lebih ringan sehingga tidak perlu segera melakukan penggantian sebelum jarak tempuh maksimal tercapai.
Persoalannya akan berbeda jika sepanjang perjalanan Anda kerap menemui titik-titik kemacetan yang parah. Namun, seberapa parahkah sampai Anda harus melakukan penggantian oli sesegera mungkin berdasarkan hitungan matematika sederhana di atas?
Kondisi macet harian lebih berat
Sebenarnya kurang tepat memegang pedoman penggantian oli menggunakan jarak tempuh. Kendaraan yang kerap menghadapi kemacetan tentu odometer jarak tempuh akan berputar sangat lamban, padahal mesin tetap bekerja bahkan lebih berat.
Saat macet parah, ada beban tambahan dari kompresor AC yang bekerja lebih keras melawan panas kabin karena mobil tidak bergerak sehingga tidak ada udara yang mengalir untuk membantu melepas panas. Kerja kompresor AC makin berat lagi akibat 'bonus' panas yang disumbang oleh mesin kendaraan di sekitarnya.
Pada kondisi seperti itu, beban mesin juga bertambah oleh alternator yang bertugas memasok listrik ke aki akibat tersedot oleh motor listrik perangkat blower evaporator AC dan kipas listrik pada kondensor AC, plus kipas radiator mesin.
Padahal jika perjalanan lancar, kipas radiator dan blower tidak aktif karena sudah diambil alih oleh aliran udara alami dari luar.
Bayangkan jika macet parah seperti itu dijalani setiap hari, seperti yang sering Anda saksikan pagi hari di ruas-ruas jalan tol yang menuju pusat Kota Jakarta. Dampaknya masa pakai oli bisa lebih pendek sehingga perlu melakukan penggantian lebih cepat dari jarak tempuh yang dianjurkan. (Yanis)