Jakarta, Beritainspiratif.com -Siswa senior dan alumni dilarang terlibat sebagai panitia penyelenggar pengenalan lingkungan sekolah (PLS). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan, kepala sekolah dan panitia PLS juga harus menjamin tidak ada praktik perpeloncoan, perundungan dan hukuman fisik selama PLS.
Pihak sekolah menerapkan PLS dengan rentan waktu bervariasi. Ada yang selama 3 hari sejak pertama masuk sekolah, ada yang bisa seminggu. Muhadjir mengatakan, penyelenggaraan PLS harus diketahui orang tua siswa dan sebaiknya tidak diselenggarakan di luar sekolah.
“Kecuali fasilitas sekolah tidak memadai, boleh di luar sekolah tapi harus sepengetahuan orang tua siswa. Senior dan alumni jangan terlibat. Panitia dan guru harus memastikan kegiatan PLS jauh dari praktik pelecehan dan hukuman yang tak mendidik,” kata Muhadjir dihubungi dari Jakarta, Senin 16 Juli 2018.
Pada hari pertama masuk sekolah, Muhadjir meninjau pelaksanaan PLS di SD Negeri Kotaraja, Abepura, Papua. Ia menegaskan, panitia juga dilarang memberi tugas atau meminta siswa menggunakan atribut yang tidak relevan dengan aktivitas pembelajaran. “Jangan ada perpeloncoan!” katanya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, untuk meminimalisasi perpeloncoan dalam PLS, orang tua siswa harus hadir pada hari pertama masuk sekolah. Dengan demikian, hubungan antara pihak sekolah dan orang tua siswa bisa terjalin baik.
“Ini sekaligus dapat dijadikan momentum bagi sekolah menyampaikan program-progran sekolah, sekaligus perkenalan orangtua siswa ke wali kelas anaknya dengan masuk ke ruang kelas tempat anak-anaknya akan menuntut ilmu setiap harinya selama berada di sekolah. Hal ini juga akan membawa dampak positif ke depannya terhadap keharmonisan hubungan orangtua dan pihak sekolah,” ujar Retno.
Retno mengimbau, pihak sekolah mampu memeroleh kepercayaan orang tua siswa dengan menjamin pelaksanaan PLS berjalan dengan aman, ramah dan nyaman bagi siswa baru. "Untuk itu, maka perpeloncoan dan bullying harus dicegah semaksimal mungkin. Suasana harus diciptakan penuh kekeluargaan, kondusif dan zero kekerasan,” ucapnya.
Motivasi
Dalam kunjungannya ke Papua, Muhadjir memotivasi para siswa baru, guru dan orang tua siswa untuk terus meningkatkan rasa saling percaya. Muhadjir mengklaim, kualitas sekolah di Papua kini tidak kalah berkualitas dengan sekolah-sekolah lain di Pulau Jawa.
“Saya berkunjung ke SD yang sangat bagus, tidak kalah dengan SD di tempat lain, khususnya di Jawa. Saya minta pemerintah Provinsi Papua bisa mengimbaskan sekolah yang bagus ini ke sekolah-sekolah lainnya di Papua yang kondisinya masih kurang,” ucap Muhadjir.
Ia menyatakan, putera-puteri Papua mendapat perhatian yang sama dari pemerintah pusat. Ia berpesan agar sekolah dapat menyambut siswa dengan suasana yang menggembirakan dengan memberikan harapan dan semangat mempersiapkan masa depan bersama.
“Para guru harus memperkenalkan diri dengan penuh keterbukaan. Kemudian mendengarkan harapan dari siswa. Pendidik perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai minat dan bakat masing-masing,” kata mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini demikian lansir Pikiran Rakyat.
(Kaka)
Ilustrasi: dikporababar.blogspot.com