Kuningan, Jawa Barat – Dunia saat ini terus berubah dengan sangat cepat, namun bukan berarti perubahan itu mencerabut adat istiadat yang kita miliki bersama. Ketahanan kebudayaan penting dirawat karena selain memiliki keragaman budaya tinggi, juga dapat mempersatukan bangsa dari perbedaan budaya menjadi satu rasa persatuan untuk NKRI.
Pesan itu disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menghadiri Upacara Adat Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Senin, (3/8).
“Saya mengapresiasi masyarakat Sunda Wiwitan, dan keluarga Sunda secara keseluruhan, dapat terus menjaga budaya dan sekaligus menjaga persatuan dan kesatuan,” kata Moeldoko sembari menyampaikan salam hormat dan ucapan selamat dari Presiden Jokowi kepada masyarakat Kuningan yang tengah berbahagia merayakan tradisi Seren Taun.
Acara Seren Taun adalah upacara adat yang dilakukan setiap tahun yang mempunyai tujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas dilimpahkannya rizki dari hasil pertanian yang didapatkan. Upacara ini juga dimaksudkan agar Tuhan memberikan perlindungan di musim tanam mendatang.
Arti dari kata Seren Taun adalah pelepasan tahun, diadakan di akhir tahun dan mendekati pengujung awal Tahun Baru Saka. Upacara ini diselenggarakan setiap tahun tanggal 22 Rayagung-bulan terakhir kalender Sunda dan sudah ada sejak ratusan tahun sejak Kerajaan Pajajaran hingga saat ini. Lokasi Upacara dipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur, kediaman Pangeran Djatikusumah, yang didirikan tahun 1840.
Secara khusus Moeldoko menilai tema Seren Taun kali ini, ‘Memperkokoh Adat Untuk Memperkuat Karakter Bangsa’ sangat kontekstual di tengah masyarakat yang berubah dan sesuai dengan nilai Pancasila.
“Kita jangan lagi bicara minoritas dan mayoritas. Sepanjang masih bicara minoritas dan mayoritas, bangsa ini tak akan pernah selesai dalam membangun kebangsaannya. Sebaliknya, kembangkan semangat gotong royong untuk membangun bangsa,” ungkap Moeldoko.
Dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko menekankan, dunia pertanian tak bisa lepas dari kultur setempat. “Tapi ingat, tenologi terus berkembang secara teknologi dari waktu ke waktu, Karena itu, kita bangun pertanian dengan membudayakan teknologi,” ungkapnya.
Moeldoko lalu membanggakan dua benih padi unggul kreasinya untuk meningkatkan produktivitas padi, yang diberi nama M 70D dan M400. Benih M70D, misalnya, dari mulai tanam hingga panen hanya membutuhkan waktu 70 hari.
“Jika dibandingkan dengan padi biasa, jelas lebih cepat,” ungkapnya. Adapun benih M400 tak kalah unggul karena dalam satu malai (tangkai) bisa menghasilkan 400 bulir padi.
Ketua Yayasan Tri Mulya Tri Wikarma yang juga Ketua Pelaksana acara Seren Taun masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, Dewi Kanti mengatakan, masyarakat adat sunda Cigugur bertekad terus melestarikan dan melakukan upaya perlindungan terhadap hukum-hukum adat warisan dari para leluhurnya.
“Seperti filosofi Prabu Niskala Wastu Kancana menyebutkan, pakena gawe rahayu pikeun heubeul jaya dina buana, berbuat baiklah agar lama jaya di dunia. Kebaikan sosial yang berdampak bagi masyarakat banyak itulah yang diajarkan dalam Tradisi Seren Taun,” kata Dewi Kanti.
Penjabat Gubernur Jawa Barat Mochamad Iriawan pun memuji tradisi Seren Taun yang tak putus diselenggarakan setiap tahun. Selain itu, Iriawan menyampaikan rasa terimakasih kepada Presiden Jokowi yang sangat memperhatikan warga Jawa Barat, terutama melalui berbagai pembangunan infrastruktur yang sangat bermanfaat untuk menyejahterakan rakyat.
“Perpanjangan tol dari Bandung-Majalaya-Garut-Tasikmalaya hingga Cilacap serta pengengembangan Bandara Cikembar di Sukabumi menjadi buktinya,” kata Iriawan.
Yones