Jakarta, beritainspiratif.com - Hari Olah Raga Nasional yang jatuh pada tanggal 9 September dan untuk pertama kalinya Pekan Olahraga Nasional (PON) digelar di stadion Sriewedari, Solo yang pertama dibangun oleh anak bangsa.
Berbeda dengan Asian Games 2018 dimana para atlit berjuang untuk mengharumkan negaranya lewat prestasi olah raga, maka pada penyelenggaraan PON I di Solo para atlet bertanding sekaligus bermakna sebagai angkat senjata melawan Belanda, yang dikutip dari laman KONI.
Belanda masih ingin menguasai Indonesia, meski Indonesia tahun 1945 sudah merdeka, sehingga PON menjadi pertemuan para atlet untuk membulatkan tekad, menggalang solidaritas dalam semangat menggempur Belanda agar meninggalkan bumi Indonesia.
Di Solo pada periode Januari 1947, menggelar Kongres Olahraga I, Kongres tersebut bukan hanya membahas program atlet, tetapi juga membahas bagaimana berjuang dan dapat menembus blokade Belanda agar dapat ambil bagian dalam Olimpiade 1948 di London.
Permintaan berpartisipasi dalam Olimpiade surat jawabannya jatuh ke tangan Belanda di Batavia dan tidak diteruskan kepada Komite Olimpiade RI di Solo. Saat itu, Ibukota RI ada di Yogyakarta karena Jakarta diduduki Belanda.
Dalam jawaban, RI belum bisa diterima sebagai anggota penuh organisasi Olimpiade karena belum menjadi anggota PBB. Meskipun demikian, RI diundang sebagai peninjau.
Ibukota RI di Yogyakarta membentuk delegasi untuk menjadi peninjau. Di antaranya Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Letkol Aziz Saleh dan Maladi sebagai menteri olahraga.
Menjawab blokade Belanda ini, digelarlah PON I di Solo digelar dengan megah dan diikuti oleh 600 atlet dari 13 karesidenan serta berlangsung tanggal 9-12 September dengan mempertandingkan 9 cabang olahraga termasuk sepakbola, sebagai jawaban blokade Belanda., tulis Maulwi Saelan. Pada Selasa (11/9) PON XVIII Riau.
Yanis