Bandung, Beritainspiratif.com – Menindaklanjuti peluang kerjasama dari hasil pertemuan internasional The First Meeting of Heads of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs) from OIC Member Countries, yang diselenggarakan pada tanggal 20 - 23 November 2018 lalu, di Jakarta dan Bandung, maka Kepala Badan POM RI, Penny K Lukito, melakukan kunjungan kerja ke PT. Bio Farma Bandung pada Rabu (28/11/2018).
Kegiatan yang juga dihadiri oleh Kepala Otoritas Medis dan Regulator negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menghasilkan Deklarasi Jakarta yang berisikan komitmen bersama untuk mewujudkan kemandirian dalam bidang produksi obat dan vaksin dan juga akses untuk mendapatkannya. Selain itu juga komitmen untuk mewuju
dkan Sustainable Development Goals (SGDs) ke-3 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan yang baik, dan penelitian dan pengembangan vaksin dan obat-obatan untuk penyakit menukar dan penyakit tidak menular di negara berkembang.
Bio Farma sebagai produsen lifescience dari negara anggota OIC yang sudah memiliki PQ-WHO, dan sebagai Centre of Excellence untuk vaksin dan Bioteknologi dijadikan acuan oleh negara OKI untuk dapat memiliki kemampuan yang sama dengan Indonesia dalam pembuatan vaksin.
Pada dasarnya negara OKI memiliki potensi yang baik untuk membuat vaksin atau produk lifescience lainnya. Menurut Peny K Lukito, dengan ditunjuknya Bio Farma sebagai Centre of Excellence untuk vaksin, memberikan kebanggaan tersendiri, karena tentu saja hal ini dapat mengangkat pemerintahan Indonesia, dimata dunia, karena Indonesia leading diantara negara-negara muslim untuk pembuatan vaksin.
“Pemerintah dalam hal CoE bisa mendorong untuk masuk ke pangsa pasar lain (lebih luas) dan banyak hal yang bisa kita lakukan bersama dan membantu bio farma untuk untuk terus berkembang untuk pembuatan produk lainnya”, ujar Penny.
Penny K Lukito menambahkan, pembuatan perlu ada percepatan untuk pembuatan vaksin halal, dan BPOM siap untuk membantu Bio Farma untuk percepatan pembuatan vaksin halal, termasuk pembentukan Working Group antara Heads of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs) untuk menyamakan pemahaman mengenai kriteria vaksin halal.
Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma menyampaikan, dengan ditunjuknya Indonesia sebagai CoE, telah berhasil mendatangkan partner strategis dan potensial untuk Bio Farma, untuk bidang alih teknologi maupun dari sisi penelitian dan pengembangan.
“Secara bertahap Bio Farma akan membantu proses downstream pembuatan vaksin untuk salah satu perusahaan di Arab Saudi. Kemudian, untuk bidang penelitian, Bio Farma akan menggandeng Tunisia dan Maroko, karena kami melihat negara OIC memiliki potensial researcher, dalam bidang bioteknologi, sehingga diharpkan vaksin yang sesuai dengan syariah Islam dapat ditemukan”, ujar Rahman.
Kesiapan Bio Farma untuk memproduksi vaksin halal, menurut Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bio Farma, Adriansjah Azhari mengatakan hal lain yang harus diperhatikan adalah keamanan, keampuhan dan keefektifan dari vaksin tersebut.
'Oleh karenanya, sejak tahun 2010, Bio Farma membentuk kelompok kerja untuk mengawal proses mendapatkan sertifikat halal, yang terdiri dari tim teknis dan no. teknis," pungkas Adriansjah.
(Yanis)