Jember, Beritainspiratif.com – Universitas Jember (Unej) menciptakan alat pendeteksi puting beliung hingga longsor. Alat ini diciptakan oleh empat peneliti dari Fakultas Teknik Unej, di antaranya Januar Fery Irawan, Satrio Budi Utomo, FX. Kristianta dan Ike Fibriani.
Ketua tim Januar Fery Irawan menyampaikan bahwa detektor angin puting beliung tersebut berfungsi sebagai pengukur kecepatan angin yang datang di suatu daerah. Jika kecepatan angin mencapai 35 km perjam, maka otomatis sirine akan berbunyi.
"Ada animometer analog yang ditempatkan berfungsi sebagai pengukur kecepatan angin. Jika kecepatan angin mencapai 35 km perjam, maka otomatis sensor akan mendeteksi sebagai gejala angin puting beliung dan memerintahkan sirine agar berbunyi," tuturnya yang dilansir kantor berita Antara,Kamis (13/12/2018).
Sirine itu akan berbunyi selama kurang lebih 10-15 menit untuk memperingatkan warga sekitar. Ini karena menurut dosen prodi Teknik Sipil tersebut, proses terbentuknya angin puting beliung atau angin ribut biasanya didahului oleh angin yang kecepatannya bertambah secara bertahap.
Sementara itu, pihak Unej telah memasang dua buah detektor angin puting beliung di Desa Karangrejo, Sumbersari. Ada pula satu alat yang dipasang di Dusun Gempal, Desa Pakusari, Pakusari.
Sedangkan untuk detektor longsor juga telah dipasang di Desa Suci, Kecamatan Panti, dan di Desa Pace, Kecamatan Silo. Penempatan detektor angin puting beliung di lokasi Desa Karangrejo, Sumbersari dan Dusun Gempal, Pakusari ini berdasarkan riwayat terjadinya bencana sebelumnya.
Salah satunya di halaman Masjid Baitur Ridho, Dusun Gempal yang juga sekaligus menjadi titik kumpul warga jika ada bencana alam. Detektor dipasang sejak bulan Oktober 2018 lalu.
"Daerah Karangrejo ini tahun 2017 lalu pernah dilanda angin puting beliung hingga merobohkan pohon-pohon besar di tepi jalan. Padahal disekitarnya terdapat sekolah dan merupakan jalan yang menjadi urat nadi transportasi di wilayah ini. Untungnya puting beliung yang terjadi tidak meminta korban jiwa. Oleh karena itu kami berinisiatif menempatkan dua detektor di pinggir jalan dan di sekitar perumahan warga," imbuh Januar.
Rencananya, Januar dan tim akan mengembangkan detektor yang tak hanya mampu mendeteksi angin puting beliung dan longsor sejak dini saja, namun dikembangkan untuk deteksi dini bencana lainnya.
"Tahun depan kami berencana bekerjasama dengan Taman Nasional Meru Betiri untuk menciptakan detektor kebakaran lahan, sementara untuk kawasan pantai Puger kami ingin membuat detektor gelombang tinggi. Harapannya meminimalkan korban jiwa para nelayan Puger," katanya.
Dosen yang menyelesaikan pendidikan magisternya di Hokkaido University, Jepang ini berharap pemasangan alat detektor bisa membantu warga bersiap sebelum datangnya bencana. Ia juga ingin masyarakat lebih siap dalam menghadapi bencana hingga meminimalisir korban.
"Harapannya jika terjadi angin puting beliung maka warga sekitar bisa bersiap-siap agar tak ada korban jiwa, apalagi suara sirine bisa menjangkau wilayah seluas satu kilometer. Kami berharap agar alat detektor tersebut dijaga dengan baik agar dapat bekerja dengan maksimal sehingga meminimalkan korban jiwa," harap Januar.
Sementara itu, Ketua 02 RW 12 di Dusun Gempal, Desa Pakusari, Mahfud berterimakasih dengan pemasangan detektor tersebut. Ia pun berharap alat itu dapat benar-benar membantu warganya dalam mengantisipasi bencana alam.
"Tahun 2017 lalu terjadi bencana puting beliung, satu gudang dan 11 rumah rata dengan tanah. Satu warga kami meninggal dunia dan puluhan menderita luka-luka. Oleh karena itu kami berterima kasih dengan adanya detektor angin puting beliung di dusun kami membuat kami mendapatkan peringatan dini jika ada angin puting beliung yang datang," pungkas Mahfud.
(Yanis)