Jakarta, Beritainspiratif.com - Yuanita Aprilandini Siregar, mahasiswa doktoral Sosiologi Universitas Indonesia berhasil memperoleh gelar doctor, setelah menyelesaikan disertasinya yang mengangkat kajian gender, pekan lalu.
Yuanita tertarik untuk meneliti proses reproduksi patriarki pada perempuan peranakan Arab di perkotaan. Hal yang disorot adalah bagaimana interseksi identitas, gender dan etnik pada perempuan peranakan Arab untuk melawan opresi terhadap dirinya dengan beragam latar.
Pisau bedah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teori interseksi dan identitas, serta menggunakan 2 konsep tambahan yakni gender interseksi dan patriarki. Hasilnya, penelitian ini menemukan bahwa semakin menguatnya identitas perempuan peranakan Arab mengakibatkan reproduksi patriarki.
Peran perempuan (Ummi) menjadi sentral karena fungsi perempuan tidak hanya sebatas reproduksi biologis, tetapi juga reproduksi sosio-kultural. Hal tersebut berkaitan dengan pemurnian darah leluhur (purityness) dari garis keturunan Alawiyyin.
Kedua, Perbedaan narasi sejarah dan narasi keagamaan kelompok Alawiyyin dan Al-Irsyad disebabkan oleh faktor ideologi organisasi. Pergerakan dan ketokohan kaum perempuan Al-Irsyad yang beraliran Islam wahabiah (modernis) lebih terlihat dibandingkan Rabithah.
Berdasarkan temuan ini maka penulis menggunakan teori interseksi untuk melihat irisan antara identitas, etnisitas dan gender. Penguatan identitas kaum perempuan Arab Alawiyyin dengan pernikahan sekufu (endogami) melanggengkan budaya patriarki.
Bentuk reproduksi patriarki tradisional masih tetap dipertahankan dan bertransformasi menjadi neopatriarki berbasis media sosial digital. Interseksi etnik dan agama menjadi double oppression bagi kaum perempuan Alawiyyin namun menjadi social prestige bagi kaum laki-laki Arab Alawiyyin.
Strategi yang dilakukan oleh kaum perempuan Arab di dalam mengubah kultur patriarki adalah melakukan protes secara frontal, semi frontal, dan moderat (negosiasi). Perempuan yang dapat melakukan ketiga bentuk strategi tersebut memiliki karakteristik perempuan Arab terdidik, menikah eksogami, serta berafiliasi dengan organisasi yang beraliran pembaharuan. Atas disertasinya ini, Yuanita berhasil lulus dalam sidang doktoralnya yang diketuai oleh Julian Aldrin Pasha, M.A., Ph.D., dengan yudisium sangat memuaskan, yang dilansir dari laman resmi UI, Rabu, (23/1/2019).
(Yanis)