Pontianak, Beritainspiratif.com - Kalimantan Barat siap memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) pada event tahunan Festival Cap Go Meh 2019 di Singkawang yang akan menghadirkan replika Singa Raksasa berukuran 8,8 meter.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Guntur Sakti mengatakan, Festival Cap Go Meh sudah menjadi agenda wajib bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Berbeda dengan perayaan Cap Go Meh pada umumnya, even yang masuk dalam Top 100 Calender of Event (CoE) Kemenpar itu punya berbagai atraksi.
Menjadi satu paket dengan perayaan Tahun Baru Imlek 2570, Festival Cap Go Meh 2019 di Singkawang akan dibuka 3 Februari 2019. Sejumlah atraksi siap digelar seperti pentas seni dan budaya, live musik dari artis nasional, atraksi tatung, expo Cap Go Meh, hingga atraksi 12 naga.
“Festival akan dilaksanakan mulai 5 hingga 19 Februari 2019 di beberapa titik di Kota Singkawang. Mulai Lapangan Kridasana hingga pusat kota Singkawang,” ujar Guntur dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/1/19).
Guntur mengatakan, yang paling ditunggu di festival ini biasanya adalah parade para tatung Dayak-Tionghoa. Setiap tahun ada lebih dari 500 tatung berparade sambil memamerkan kesaktiannya.
Tatung merupakan sosok manusia yang menurut beberapa kepercayaan sedang dirasuki roh dewa. Kata tatung berasal dari bahasa Hakka, yang berarti ruh.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar, Esthy Reko Astuti menambahkan, yang lebih menarik di perayaan Festival Cap Go Meh 2019, akan ada pemecahan rekor Muri berupa replika singa raksasa berukuran 8,8 meter. Pemecahan rekor Muri ini pun sudah berlangsung setiap tahunnya.
Pada penyelenggaraan festival tahun lalu, ada 9 replika naga. Untuk replika singa, sudah dipersiapkan sejak empat bulan lalu.
Esthy mengatakan, replika sepasang singa dibuat menggunakan bahan styrofoam oleh putra daerah Singkawang. Adapun ukuran 8,8 meter dipilih karena dianggap sebagai angka sempurna.
“Hebatnya lagi, replika tersebut dibuat oleh orang-orang disabilitas di Singkawang. Ini perlu diapresiasi sehingga menjadi tontonan yang menarik,” katanya.
Perayaan Puncak Festival
Kemeriahan festival kemudian dilanjutkan dengan Pawai Lampion. Lazim digelar malam hari, Pawai Lampion ini menjadi fenomena dengan keindahan warnanya. Usai menikmati warna warni lampion, wisatawan akan diajak menikmati nuansa religi di Singkawang.
Prosesi Tolak Bala oleh para Rohaniawan atau Tatung digelar pada 18 Februari 2019. Berikutnya, ada prosesi Sembahyang Dewa Langit (Ket Sam Thoi). Nuansa religi tersebut juga ikut menegaskan status Singkawang sebagai Kota Seribu Kelenteng.
Perayaan puncak festival akan digelar 19 Februari 2019. Festival Cap Go Meh menyajikan aksi-aksi unik dari para Tatung di sepanjang jalan utama Kota Singkawang.
Ada juga Altan & Lelang, lalu prosesi ditutup dengan pembakaran replika 12 naga di Vihara Buddhayana Roban (Chai Thong).
Pawai Lampion di Singkawang. (Dok. Kemenpar)
Menurut Esthy, Festival Cap Go Meh ini venue terbaik untuk berlibur. Selain atraksinya, wisatawan juga bisa menikmati beragam kuliner khas Singkawang yang terdapat di stand-stand kuliner.
“Untuk aksesibilitas, jalan menuju Singkawang ini sangat bagus, jalannya lebar dan mulus. Ini memang sudah menjadi komitmen Presiden Joko Widodo,” kata dia.
Tarif yang ditawarkan sekitar Rp100 ribu sekali jalan. Total ada 5 armada yang disiapkan dengan interval keberangkatan dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB.
Esthy mengatakan, bagi para wisatawan asal Malaysia maka aksesibilitasnya jauh lebih sederhana. Mereka bisa menempuh jalur darat langsung dari Kuching menuju Singkawang melalui pintu PLBN Aruk di Sambas, Kalbar.
Bagaimana dengan amenitas? Ada beragam hotel yang ditawarkan Singkawang. Sebut saja Hotel Swiss-Belinn Singkawang dengan rate Rp800 ribu semalam.
Kemudian ada juga Hotel Airy Singkawang Tengah Salam Diman 129 dengan banderol Rp261 ribu per malam. Untuk hotel dengan harga di bawah Rp200 ribu di antaranya, Wahana Inn, Astina Graha, dan Airy Graha Wahana.
Menpar Arief Yahya mengatakan, Festival Cap Go Meh ini luar biasa. Dengan eksotisme yang ditawarkan, ia optimistis event ini akan sukses menarik kunjungan wisatawan dalam jumlah besar dari wilayah perbatasan seperti Taiwan, Tiongkok ataupun Malaysia.
“Wilayah perbatasan kita berpotensi lebih banyak dikunjungi wisman dari negara tetangga karena memiliki kedekatan (proximity) secara geografis. Mereka juga memiliki kedekatan kultural/emosional yang membuat pariwisata perbatasan lebih mudah dikunjungi,” pungkasnya.
(Yanis)