Bandung, Beritainspiratif.com - Ketua Perhumas BPC Bandung N. Nurlaela Arief, MBA., yang juga Head Of Corporate Communications Bio Farma, mewakili Ketua Perhumas Indonesia Agung Laksamana, hadir sebagai narasumber pada talkshow sinergi Trans Mania Perdana bersama Perhumas Indonesia dengan Tagline #KopdarAtasiHoax yang tampil bersama Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Kamil pada acara yang digelar di Innovation Factory di Kawasan Dago, Jum’at pagi (29/3/2019).
Acara yang dipandu Yudhi Raven dari Vestgreen Radio Bandung diawali dengan pembacaan curriculum vitae, dihadiri oleh lebih dari 120 orang peserta mahasiswa meliputi perwakilan dari UIN, Unpad, Unikom, Universitas Muhamadiyah, ITB, Unpas, Universitas BSI, UPI, Sangga Buana, Langlangbuana, Unpar, Unisba, Widyatama, Tel-U dan Perguruan Tinggi lainnya di Bandung.
Tonton Juga Lagu :MARS PERHUMAS
Turut hadir Perwakilan dari BPP Pengurus Perhumas Indonesia Jakarta Widi Nugroho Sahib, Perhumas BPC Bandung Eki Baihaki, Meity dan Yayan Istiandi.
Di awal pembukaan N. Nuerlaela Arief, menyampaikan bahwa dirinya saat ini tengah melakukan promo buku yang berjudul “Public Relations In The Era Of Artificial Intelligence” – Bagaimana Big Data dan AI Merevolusi Dunia PR, dan buku ini akan dibagikan secara gratis kepada tiga orang peserta yang bertanya ungkapnya.
Ditambahkan bahwa di buku ini banyak tools yang dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi apakah sebuah content itu hoax atau fake news, atau betul. Termasuk tools yang bisa menseleksi apakah follower kita asli atau tidak, sehingga yang jumlah follower nya banyak, namun engagementnya rendah perlu dipertanyakan.
Karena ini sangat penting untuk perusahaan dalam mempromosikan produknya,bagaimana interaksi influencer dengan follower atau audience nya seperti apa harus tahu, tegas Lala (panggilan akrab).
Diungkapkan bahwa memasuki era 4.0 lalu 5.0 nantinya kedepan diprediksikan akan menggantikan posisi kita, sehingga apabila kita belum siap kita akan tergantikan.
Dalam paparannya disampaikan bahwa sesuai program kerja Perhumas Indonesia selalu berpegang pada Tagline besar “Indonesia Bicara Baik”, untuk membantu pemerintah dan reputasi pada tingkat global, ujar Lala.
Berdasarkan riset nasional disebutkan bahwa 90% lebih hoax yang beredar berkaitan dengan issu politik, menjelang memasuki Pemilu 2019. Selain itu hoax mengenai issue kesehatan juga cukup besar beredar di Indonesia, dengan alasan menyebarkan informasi karena ajakan atau ‘persuasife communication’ yang mendorong untuk menyebarkan dengan dalih berpahala, terutama di grup/kelompok WA yang baru dibentuk, dengan alasan ingin dikatakan sebagai kelompok pertama yang melakukan sharing (The First One to Share).
Dikatakan bahwa dari perspective personal branding, akan dilihat dari sisi intelektualitas kita, kualitas diri kita, karena kahslau kita sendiri tahu kapan dan apa saja yang akan kita share tersebut dilakukan, baik di wa maupun di akun medsos kita. Sehingga apabila kita sering menshare di medsos hal yang kurang valid itu mencerminkan personal branding diri kita sendiri, ujar Lala.
Lala, menyampaikan bahwa yang paling penting terkait dengan hoax adalah berfikir dan kemampuan untuk memprediksi apa yang kita sampaikan, sehingga tidak muncul berita yang negatif dari apa yang kita kurang positif yang disampaikan kita harus hati hati.
Hoax tidak hanya terjadi di Indonesia, dibeberapa Negara di dunia pun mengalami seperti, beberapa negara Eropa, Australia, apalagi negara berkembang seperti Kuba, Brasil, dan beberapa Negara lain di Afrika.
Disampaikan bahwa beberapa riset mengungkap: fake news yang beredar di medsos pencapaian sudah 45% lebih berita hoax, dan bahkan telah di share besarnya 450 ribu kali, dengan menggunakan mesin big data ini bisa diketahui. Sementara penyebaran hoax melalui Koran cetak hanya 10% saja.
Lebih lanjut disampaikan bahwa peningkatan fake news atau hoax terjadi pada saat emergency situation atau keadaan darurat, seperti musibah gunung meletus, banjir besar, kebakaran atau pada saat terjadi krisis besar perusahaan, pada saat itu hoax akan muncul.
Acara yang juga diisi dengan sesi tanya jawab ini, pada pertanyaan yang disampaikan Fahmi dari Universitas Pasundan, ditanyakan seberapa efektifkah Artificial Intelligence (AI) dalam membantu menangkal hoax.
Dikatakan oleh Lala, bahwa saat ini ada sebuah perangkat yang bisa mengelola sebuah informasi tersebut betul atau hoax. Perangkat tersebut bisa memitigasi konten-konten yang fake atau yang tidak benar. Selain itu perangkat lain juga bisa dilakukan misalnya melalui Jabar Siber Hoax, merupakan tools didalam negeri yang bisa kita manfaatkan.
Dibagian akhir N. Nurlaela Arief berpesan kepada milenial, bahwa saat ini kita memasuki era big data, era Artificial Intelligence, sehingga apa yang anda posting itu adalah mencerminkan diri anda. Sehingga akan mempengaruhi generasi milenial yang akan masuk ke era industry, lalu lulus kuliah dan melamar kerja, pungkasnya.
(Yanis)