Jakarta, Beritainspiratif.com – Ramadan tidak menghentikan aktivitas Komunitas Indonesia Hidden Heritage (IHH). Komunitas yang giat memperkenalkan sejarah Indonesia dengan cara sehat dan menyenangkan ini tetap aktif mengajak seluruh anggota menelusuri tempat-tempat bersejarah.
Berbekal konsep “historical walking trip”, selama Ramadan 2019 IHH mengemas program dalam bentuk ngabuburit ke tempat-tempat bersejarah. Istilah ngabuburit diambil dari bahasa Sunda yang artinya melakukan kegiatan di sore hari sambil menunggu waktu buka puasa.
“Ngabuburit ala Indonesia Hidden Heritage ini diadakan setiap Sabtu atau Minggu agar anggota komunitas yang bekerja dari Senin hingga Jumat dapat mengisi libur akhir pekan mereka dengan kegiatan positif,” ujar Founder Indonesia Hidden Heritage, Nova Farida Lestari.
Indonesia Hidden Heritage memilih destinasi yang berbeda setiap akhir pekan. Selama Ramadan 2019, komunitas ini menyelenggarakan dua acara, yaitu Ngabuburit Kota Tua Gondangdia dan Ngabuburit ke Pecinan.
“Jejak Kolonial amat kental di kawasan Gondangdia. Sementara di Pecinan, kita dapat melihat betapa kuatnya tradisi dan budaya Tionghoa melalui bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sana,” kata Nova.
Ngabuburit Kota Tua Gondangdia
Historical walking trip bertajuk Ngabuburit Kota Tua Gondangdia dilakukan dengan menyusuri kawasan Gondangdia untuk mengenal lebih dekat bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Penelusuran jejak Kolonial di kawasan Gondangdia dimulai dari Gedung Joang 45, lalu ke Masjid Cut Meutia, Pasar Gondangdia, dan Tugu Kunstkring Palaes.
Gedung Joang 45 memiliki nilai sejarah tinggi. Dibangun pada 1938, gedung ini dahulu berfungsi sebagai hotel. Seiring perkembangan politik, gedung yang kini menjadi museum itu telah beberapa kali mengalami perubahan fungsi. Pada masa penjajahan Belanda, Gedung Joang 45 pernah menjadi markas pergerakan untuk kemerdekaan. Peserta juga melalui Rumah Menteng 37 yang direnovasi kembali menyerupai bentuk aslinya setelah terlantar selama bertahun-tahun. Rumah ini dulunya adalah milik Mr. C.F. Starkey, direktur NV Java Neon Company, yang kemudian dijadikan rumah penampungan bagi perempuan yang mengalami keterbatasan ekonomi yang dimotori oleh Christian Women Union.
Pasar Gondangdia juga sarat sejarah. Pasar tradisional ini awalnya bernama Pasar Boplo, diambil dari kata De Bouwploeg. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, De Boewploeg adalah pengembang perumahan elit di kawasan Menteng yang kantornya berlokasi di bangunan yang sekarang menjadi Masjid Cut Meutia.
Bangunan bersejarah lain di kawasan Gondangdia adalah Kunstkring Paleis. Ketika dibuka pada 17 April 1914, Kunstkring merupakan pusat eksibisi seni dan restoran mewah. Lukisan karya pelukis ternama, Pablo Picasso dan Vincent van Gogh pernah dipamerkan di Kunstkring.
Ngabuburit ke Pecinan
Kegiatan Ngabuburit ke Pecinan diisi dengan mengajak anggota Indonesia Hidden Heritage melihat secara langsung Kampung China atau Pecinan yang ada di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Kawasan Pecinan Glodok atau Petak Sembilan ini telah ada sejak tahun 1700-an.
Daerah Pecinan di Batavia merupakan sentra perdagangan selama lebih dari 200 tahun. Di kawasan ini, tradisi dan budaya etnis Tionghoa juga amat kental. Selama ngabuburit, peserta diajak mengunjungi Masjid Lautze, Gedung Arsip Nasional, Gedung Candra Naya, Petak Sembilan, dan Vihara Dharma Bhakti.
Gedung Candra Naya adalah cagar budaya yang awalnya merupakan hunian pemimpin masyarakat etnis Tionghoa pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Mayor Khow Kim An. Bangunan ini tersohor di era tahun 1800-1900an. Dahulu, Candra Naya menjadi satu-satunya bangunan prototipe rumah lengkap yang dimiliki Batavia.
Sementara itu, Vihara Dharma Bhakti merupakan simbol China Town di Batavia sejak era pendudukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Vihara berusia tiga abad lebih ini menandai awal mula peradaban warga keturunan etnis Tionghoa di Pecinan Glodok.
Tentang IHH
Indonesia Hidden Heritage (IHH) adalah komunitas peduli sejarah dan budaya Indonesia. Komunitas ini didirikan oleh tim Vlogal Indonesia Kepikenik, Nova Farida Lestari, Any Septiani, Wulan Suheri, dan Oppie Thea, dengan tujuan memperkenalkan sejarah dan peninggalan budaya di Indonesia dan mempromosikan produk lokal melalui perjalanan wisata yang ramah lingkungan. Untuk mendapatkan informasi lebih detail dan bergabung dengan kegiatan IHH, silakan mengunjungi Facebook Vlogal Indonesia Kepikenik atau Instagram vlogal_kepikenik.
[Yones]