Bali, Beritainspiratif.com - Sebuah pompa air yang diberi nama ‘Hidropande’ tanpa menggunakan tenaga listrik maupun BBM berhasil diciptakan oleh Pande Mangku Nyoman Merdana. Kini Pompa air tersebut telah digunakan di 32 titik di wilayah Pulau Bali.
Pria kelahiran Sepang, Buleleng, Desember 1970 memulai riset pembuatan pompa ini pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 karyanya mendapat Hak Paten atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual.
Dilansir Kompas.com Pande yang ditemui di lokasi pemasangan pompa di Pura Mutering Jagat, Kesiman, Denpasar, Selasa (11/6/2019), menceritakan awal mulanya ia menciptakan pompa yang ramah lingkungan ini.
Sebelum memutuskan untuk membuat pompa, ia bekerja menjadi tenaga ahli di Petrokimia Cilegon, Banten selama enam tahun. Tahun 2001 ia kemudian bekerja sebagai tenaga ahli di Abudabi National Oil Company (ADNOC), Uni Emirat Arab dan memutuskan pulang ke Bali pada tahun 2008.
Setelah di Bali, ia menekuni usaha di bidang properti dan kontraktor. Hingga akhirnya, pada tahun 2016 ia pun berpikir untuk membuat sesuatu yang berguna bagi masyarakat dengan kemampuan yang dimilikinya.
“Saya lihat masyarakat Bali banyak kekurangan air saat musim kemarau. Kemudian muncul niat saya menciptakan sesuatu yang mampu memakmurkan masyarakat. Saya berpikir betapa senangnya masyarakat kalau saya bisa mencipakan sebuah alat yang mampu bawa air dari bawah ke atas tanpa energi apapun. Karena sesuai medan di Bali, air berlimpah di bawah sementara di atas kering,” kata lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang tahun 1994 ini.
Ia kemudian menggabungkan ilmu dan kemampuan yang dimilikinya sehingga melahirkan pompa Hidropande yang dibuat dari pipa baja dan karet dari pabrik ban di Indonesia.
“Semua bahannya hasil industri di Indonesia dan untuk pipanya kita olah bentuk sesuai spek yang dibutuhkan agar bertahan hingga 50 tahun,” katanya.
Ia mengatakan pompanya ini mampu bertahan hingga 50 tahun dan pemeliharannya pun bisa dibilang mudah. Pengguna hanya mengganti karet saat berumur dua hingga lima tahun dengan harga satu karetnya Rp 50.000.
“Yang penting tahu cara mengendorkan dan mengencangkan mur baut, pasti bisa memelihara ini dengan gampang,” tuturnya.
Daya luncur air yang dihasilkan dengan pompa ini bisa mencapai 300 meter vertikal dengan jarak aliran tak terbatas. Bahkan pompa buatannya ini memenuhi syarat teknologi tepat guna karena mampu mengatasi medan di seluruh Indoensia.
“Pompa ini anugerah rakyat untuk kepentingan rakyat. S saya hanya sebagai perantara saja. Apalagi Indonesia negara agraris, dengan pompa ini selain untuk pemenuhan air bersih juga bisa untuk pengairan atau irigasi,” tutur ayah dari Herdi Yohana Pande Putu yang kini berkuliah di Nanyang University Singapore.
Penemuan pompa ini sangat membantu pemerintah dan masyarakat dan merupakan mimpi yang jadi kenyataan. “The real of dream,” katanya.
Setelah memperoleh pengesahan dari HAKI, pada tahun 2018 pompa ini mulai digunakan oleh beberapa desa dengan menggunakan dana desa dan dimulai di Kabupaten Badung, lalu Karangasem, Klungkung, Gianyar, Bangli, dan Denpasar pada tahun 2019 ini.
Tahun 2020 mendatang rencananya akan merambah Jawa Timur, NTB, dan NTT. “Mudah-mudahan bisa membantu masyarakat seluruh Indonesia karena bisa mengatasi segala medan. Untuk perbandingan efesiensi biaya operasional dalam waktu lama, pompa ini lebih efisien hampir 97 persen,” tuturnya.
Satu pompa bisa melayani banyak orang tergantung pesanan. Sesuai standar proyek dengan dana desa, satu unit pompa yang bisa mencukupi kebutuhan air 200 KK dijual seharga Rp 75 juta.
Pompa ini bisa digunakan jika ada air yang mengalir karena sistem kerjanya menggunakan energi potensial. Semakin deras aliran air, akan semakin baik kerja pompa ini. Energi potensial dari air ini nantinya diubah menjadi energi kinetik yang mendorong air tersebut ke tempat yang lebih tinggi.
“Energi potensial dari aliran air akan memukul tabung yang menciptakan efek palu air. Air tak bisa kembali sehingga akan meluncur ke tempat yang lebih tinggi,” jelasnya.
Sistem kerjanya menggunakan konsep fisika dasar dengan mempertimbangkan tekanan air, gaya gravitasi, serta ketinggian. Semakin tinggi asal sumber air yang menjadi energi potensial, maka luncuran air yang dihasilkan pompa akan semakin vertikal.
“Jika selisih antara sumber aliran air (energi potensial) dengan pompa satu meter, kita sudah mampu menaikkan air dengan ketinggian 25 meter vertikal, dengan jarak tak terbatas. Begitupun jika selisihnya dua meter ketinggian luncuran air sejauh 50 meter vertikal,” imbuhnya.
Selain merakit, pemasangan instalasinya pun dikerjakannya sendiri dengan dibantu beberapa rekan kerjanya. Pemasangan satu pompa ini memakan waktu kurang lebih satu minggu tergantung medan.
Pande juga memberikan jaminan perawatan satu tahun dengan mengajarkan pemilik cara merawat yang benar.
“Yang saya utamakan pelayanan, bukan profit oriented,” katanya.
Kini ia memiliki bengkel pembuatan pompa di Jalan Bypass Prof IB Mantra, Ketewel, Gianyar. Satu pompa bisa diselesaikannya dalam sehari.
“Kalau ada yang bantu, sehari bisa tiga pompa selesai,” katanya.
Dengan pompa ciptaannya ia berharap masyarakat bisa lebih mandiri dalam mensuplai kebutuhan air. Bahkan kedepannya, selain memasok air untuk keperluan warganya, pihak desa juga bisa menjual air ke luar desa. (Yanis)