Bandung,Beritainspiratif com - Dari 596 ribu hektar sawah yang ada di Jawa Barat, 5 persen diantaranya tahun ini terdampak musim kemarau sehingga mengalami kekeringan.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikuktura Jawa Barat Hendy Jatnika mengatakan, tidak semua sawah di Jawa Barat terdampak musim kemarau. Sawah yang banyak terdampak kemarau, merupakan lahan sawah tadah hujan.
"Sampai saat ini hanya 5 persen atau 28 ribu hektar lebih sawah, yang mengalami kekeringan. Paling luas berada di Indramayu. Sedangkan yang mengalami puso atau tanamannya mati seluas 1.682 ha," katanya di gedung Sate kota Bandung, Selasa (9/7/2019).
Dijelaskan Hendy, kekeringan pada areal sawah terjadi karena masih banyak petani yang melakukan penanaman, padahal lahan tersebut tidak bisa dilaksanakan budi daya padi saat musim kemarau.
"Seharusnya setelah panen di bulan Juni, petani menanam palawija jagung, kedele atau kacang-kacangan lainnya yang tidak membutuhkan banyak air. Namun masih ada petani yang menanam padi, dengan harapan hujan turun," paparnya.
Menurut Hendy, kekeringan yang terjadi di sejumlah daerah, tidak akan mengurangi produksi beras Jawa Barat.
Selama Januari sampai Juni 2019, luas sawah yang dipanen mencapai 1 juta 98 hektar dengan produksi 6,5 juta ton gabah kering giling (GKG) setara dengan 4 juta ton beras.
"Di sejumlah daerah seperti Tasikmalaya, bulan Juli ini masih ada panen padi, sehingga produksi beras masih cukup untuk memenuhi kebutuhan Jawa Barat," ucap Hendy.
Sementara itu Kepala Badan Meteorogi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) klas 1 Bandung Tony Agus Wijaya memaparkan musim kemarau di Jawa Barat tahun ini, akan berlangsung selama enam bulan dari Mei sampai Oktober 2019.
Menurut dia, memasuki bulan Juli curah hujan akan berkurang dan puncak musim kemarau akan berlangsung pada bulan Agustus.
"Yang perlu diantisipasi adalah puncak musim kemarau di bulan Agustus. Artinya, jumlah curah hujan paling sedikit, terjadi di bulan Agustus. Ini perlu diantisipasi, karena ada potensi kekeringan yang akan berakibat pada kebakaran hutan, lahan bahkan pemukiman," pungkasnya (Ida)