Bandung,Beritainspiratif.com - Porto folio bisnis Perum Perhutani kini mengalami pergeseran, yang semula didominasi oleh kayu kini beralih pada non kayu.
Kepala Departemen Perencanaan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani Divre Jawa Barat & Banten Cucu Suparman mengatakan, bisnis BUMN ini akan fokus pada pengembangan non kayu.
Salah satu peluang bisnis yang akan dikembangkan adalah energi baru dan terbaharukan khususnya biomassa.
"Ini sejalan dengan apa yang disampaikan Presiden R.I Joko Widodo, bahwa masa keemasan minyak dan kayu sudah berahir," katanya pada acara Jabar Punya Informasi (japri) di gedung Sate kota Bandung (16/8/2019).
Energi biomassa ini dihasilkan dari tanaman kaliandra merah dan gamal yang diolah menjadi wood pelet (pelet kayu), untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa.
Saat ini Perhutani mulai membudidayakan tanaman gamal (cebreng) di Indramayu, Sumedang dan Purwakarta sedangkan kaliandra merah di Sukabumi.
Menurut Cucu Suparman, pengembangan bio energi biomassa dilakukan dengan dua skema, yaitu investasi dan industri oleh Perhutani atau kerjasama dengan swasta.
"Dalam skema tersebut tetap melibatkan masyarakat setempat. Masyarakat dapat menanam palawija di sela tanaman inti, juga mendapatkan manfaat dari bio energi tadi," ujarnya.
Ia memaparkan selain biomassa Perhutani juga fokus pada
industri non kayu yaitu getah pinus yang diolah menjadi gondorukem dan terpentin sebagai bahan campuran cat dan kosmetik dan wisata.
"Jawa Barat memiliki potensi wisata dengan panorama alamnya yang indah. Kita leading dalam hal pengembangan wisata, dibanding divre Jateng dan Jatim," katanya.
Sementara itu, Peneliti Kehutanan dari Universitas Winaya Mukti (UNWIM), Yudi Rismajadi, menuturkan potensi jasa lingkungan dari hutan dan kawasan hutan di Jawa Barat cukup tinggi. Disamping itu potensi hasil hutan rakyat termasuk Perhutani untuk menghasilkan kayu dan non kayu juga masih tinggi, walaupun ada perubahan orientasi bisnis Perhutani kearah hasil hutan bukan kayu.
Ada banyak potensi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dari sumberdaya hutan yang ada di Jawa Barat, seperti madu, kopi dan bambu.
Potensi sumberdaya hutan ini kata Budi, harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membangun Jawa Barat.
"Bila (sumber daya hutan) dikelola dengan baik, maka bisa mendorong kesejahteraan masyarakat Jawa Barat," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan Dinas Kehutanan Jawa Barat Budi Mulia menyatakan, total luas hutan di provinsi ini 816.603 ha (22,03%) dari luas wilayah provinsi. Potensi hutan rakyat sekitar 900 ribu ha, dengan kondisi tidak seluruhnya hutan karena berbagai alasan.
"Untuk lokasi yang dinilai kritis, kita reboisasi agar fungsi ekologisnya bisa lebih baik," ujarnya.
Budi menambahkan, pada tahun 2018 hasil hutan berupa kayu dari hutan rakyat sebanyak 1,2 juta m3.
"Kayu tersebut berasal dari 314 ribu hektar hutan rakyat," pungkasnya. (Ida)