Bandung,Beritainspiratif.com -
Pemerintah provinsi Jawa Barat, tahun ini akan membangun 23 Jembatan gantung Desa di delapan kabupaten se Jawa Barat.
Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPM-Desa) Dedi Supandi, pemilihan lokasi pembuatan jembatan gantung, didasarkan pada skala prioritas.
Ada dua prioritas yang ditentukan DPM-Desa Jawa Barat, yakni akses sekolah dan perputaran roda ekonomi. Sehingga, kata Dedi Supandi, tujuan utama program-program pembangunan desa dapat terealisasi dengan cepat.
“Kita sedang membangun 23 titik Jembatan Gantung Desa. Yang itu bisa membangkitkan ekonomi dengan jalur menyambungkan konektivitas antar desar, antar desa dengan kecamatan, konektivitas anak-anak dengan wilayah sekolahnya,” kata Dedi di Bandung, Sabtu (31/8/2019).
Dedi mengatakan dengan pembangunan jembatan gantung desa ini diharapkan ada peningkatan ekonomi, efektivitas waktu, dan efektivitas biaya. Mereka yang harus berkeliling sekian kilometer cukup menyebrang dengan waktu relatif singkat, mengangkut hasil pertanian tidak terlalu lama sehingga memperpendek waktu dan menekan biaya.
Selama ini lanjut Dedi pihaknya menerima 84 usulan dari masyarakat, namun setelah dilakukan peninjauan ke lapangan tahun ini diprioritaskan pada 23 lokasi.
“Pencarian lokasi sebetulnya sudah masuk lewat usulan. Usulan ada yang masuk ke Pak Gubernur (Ridwan Kamil), ada yang lewat media sosial DPM-Desa sendiri disertai dengan foto-foto. Sampai sekarang itu, sudah ada 84 usulan. Dari 84 usulan ini, kita lakukan peninjauan lokasi,” ucapnya.
Salah satu titik pembangunan Jembatan gantung Desa berada di Desa Malati Kecamatan Naringgul Kabupaten Cianjur.
Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Desa Malati, Rusman, mengatakan keberadaan Jantung Desa mampu mempercepat perekonomian masyarakat desa yang notabane berprofesi sebagai petani.
"Kebermanfaatannya sangat besar karena masyarakat yang ada di wilayah desa Malati, sangat banyak untuk mengerjakan dan mengambil hasil dari desa sebelah. Kalau Jembatan gantung Desa tidak dibangun di sini, akses masyarakat sangat sulit,” katanya.
Warga Desa Malati yang berprofesi sebagai petani, Ujang, mengamini pernyataan Rusman. Menurut dia, saat ini dirinya beserta petani lain harus menempuh jarak sekira 3 kilometer untuk sampai ke lahan garapan.
“Kalau hujan, air sungai ini sangat tinggi. Saya tidak bisa lewat sini. Jadi, harus muter ke desa lain yang punya Jembatan Gantung. Ya, jaraknya lumayan jauh sekira 3 kilometer dari sini," kata Ujang. (Ida)