Beritainspiratif.com - Gunung Sumbing merupakan gunung api yang secara administratif terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Wonosobo.
Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, apabila dilihat dari arah Temanggung maka, celah antara gunung ini yang menghubungkan kota Temanggung dan kota Wonosobo, dijuluki sebagai "Kledung Pass".
Baru-baru ini sebuah video postingan di instagram telah dibagikan oleh @pesonagunung yang menunjukan awan menggumpal berlapis menutupi gunung sumbing yang terlihat mirip seperti UFO, viral di media social.
Saat ini, postingan @pesonagunung tersebut telah dilihat oleh lebih 76 ribu pengguna IG hingga Minggu, (5/1/2020) pagi.
Dalam video tersebut tampak gumpalan awan yang bergerak berputar di sekitarnya.
Diketahui pengunggah pertama video tersebut adalah @andojunior_ dan kejadian fenomena awan tersebut terjadi pada Jumat (3/1/2020) sekitar pukul 08.00 WIB.
Kejadian tersebut hanya berlangsung beberapa detik saja, setelah itu langsung ditutupin oleh kabut.
Sementara itu, Koordinator Forum Pengelola Gunung Sumbing, Lilik Setiyawan juga membenarkan adanya fenomena tersebut.
Menurutnya, fenomena awan yang menutupi gunung Sumbing tersebut terjadi pada Jumat (3/1/2020) dan kembali terlihat pada Sabtu (4/1/2020).
“Iya (terlihat lagi) itu fenomena kalau ada badai di atas jadinya seperti itu,” ujarnya Sabtu, (4/1/2020) kutip antara.
Dihubungi terpisah, Prakirawan Cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Nanda Alfuadi mengatakan jenis awan yang terlihat dalam postingan tersebut dimungkinkan merupakan jenis awan lenticularis yang umum terjadi saat siang hari di musim kemarau. Menurutnya awan tersebut bukan penanda cuaca buruk tapi penanda potensi turbulensi.
“Sehingga sebetulnya yang perlu hati-hati adalah penggiat penerbangan atau olahraga paralayang karena dalam kondisi atmosfer seperti itu daya angkat atmosfer tidak begitu bagus,” ujarnya.
Awan yang disebut-sebut oleh para netizen mirip UFO, terjadi lantaran proses pembentukan awan ke atas terhambat karena kondisi atmosfer di puncak gunung cenderung stabil sehingga awan melebar ke samping dan bukan tumbuh ke atas.
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Agie Wandala mengatakan awan lentikuleris dipengaruhi oleh topografi gunung dan tegak lurus terhadap arah angin. Fenomena ini disebutnya wajar terjadi di gunung namun juga bisa terjadi dataran luas.
“Di gunung terdapat sebuah mekanisme yang disebut gelombang gunung, salah satu tandanya adalah awan lentikuler,” ujarnya
Agie mengatakan fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki karena tidak terjadi badai di sekitar awan tersebut. Namun yang perlu diwaspadai suhu udara yang menjadi lebih dingin karena suhu dingin adalah pendukung pembentukan awan lentikular.
Yanis