Beritainspiratif.com - Sebuah video dan foto-foto yang menampilkan gumpalan awan berwarna gelap dan terang di langit Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan beredar di media sosial Facebook pada Kamis (9/1/2020), yang diunggah oleh akun Facebook bernama Putra Siswanto pada Rabu, 8 Januari 2020 dan telah dibagikan sebanyak 66 kali pada, Jum’at, (10/1/2020).
Selain foto, Putra juga mengunggah video berdurasi yang berdurasi 14 detik memperlihatkan kondisi langit yang gelap seperti akan datangnya gelombang tsunami.
"Awan tsunami. Kab. Kep. Selayar," tulis Putra dalam keterangan foto tersebut yang diambil pada Rabu (8/1/2020) pukul 07.42 WITA.
"Itu kejadiannya pagi sekitar jam 07.42 WITA, sebelum apel kesiapsiagaan dalam rangka mengantisipasi dan menghadapi terjadinya ancaman bencana alam banjir dan tanah longsor di wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar," ujar Putra kutip antara.
Meski begitu, foto "awan tsunami" ini menjadi viral ketika diunggah oleh akun Instagram Makassar Info.
Penjelasan LAPAN Terkait fenomena tersebut, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa kejadian "awan tsunami" dikategorikan dalam jenis awan stratus.
"Pada foto/video itu terlihat jenis awan stratus. Setidaknya ada 2 lapis. Yang terang itu awan stratus yang lebih tinggi," ujar Thomas
Menurutnya, jenis awan stratus itu terbentuk karena pertemuan udara hangat yang mengandung uap air dan udara dingin pada ketinggian tertentu.
Selain itu, bentuk awan jenis stratus ini bergantung pada dinamika atmosfer pada daerah pembentukan awan tersebut.
Artinya, jika dinamika atmosfer itu aktif, maka diperkirakan dapat makin tebal membentuk awan stratonimbus (awan hujan lembaran).
Adapun awan stratonimbus akan buyar dengan turunnya hujan, atau menipis karena tertiup angin.
"Ada yang berbentuk lembaran, disebut awan stratus. Dan ada yang berbentuk gerombolan awan, disebut kumulus," ujar Thomas.
Meski begitu, kemungkinan muncul awan stratus ini bisa terjadi di mana saja baik siang hari maupun malam hari.
Sementara itu, penjelasan terkait fenomena awan stratus ini juga dibenarkan oleh astronom amatir, Marufin Sudibyo, melalui Citra Satelit. Ia menegaskan bahwa awan tersebut bukanlah awan Cumulonimbus yang menjadi sumber hujan deras.
"Kalau berdasarkan Citra Satelit, memang ada tutupan awan di Selayar kemarin. Tapi bukan awan Cumulonimbus yang menjadi sumber hujan deras/badai," ujar Marufin
Marufin menyampaikan, jika melihat penampakan dalam unggahan itu, awan tersebut termasuk ciri khas awan stratocumulus.
Menurutnya, awan stratocumulus yang terbentuk akibat gabungan antara awan stratus (awan berketinggian menengah dengan ciri khas nampak berlapis-lapis) dan awan cumulus (awan berketinggian rendah dengan ciri khas bergumpal-gumpal).
"Jadi, ini awan dengan dasar rendah dan puncak menengah bisa mendatangkan hujan tapi bukan hujan deras atau badai," ujar Marufin.
Terkait kemunculan awan ini, Marufin mengungkapkan, awan sejenis stratocumulus biasa dijumpai di tempat lain, terutama di saat musim hujan.***