Bandung, beritainspiratif.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12, M. Jusuf Kalla, merupakan teladan.
Sebab, kata Emil –sapaan Ridwan Kamil, Jusuf Kalla mampu melahirkan perubahan yang luar biasa.
"Saya mengucapkan selamat Pak Jusuf Kalla mendapatkan gelar Honoris Causa dari perguruan tinggi ternama, ITB, saya turut bangga," kata Emil usai menghadiri Penganugerahan Doktor Kehormatan (Honoris Causa) kepada Jusuf Kalla di Kampus ITB, Kota Bandung, Senin (13/1/2020).
"Pak Jusuf Kalla adalah teladan, beliau pebisnis, politisi, birokrat, melahirkan perubahan luar biasa. Paling populer mengkonversi minyak tanah menjadi gas (LPG), itu terbaik di dunia. Hanya 3 tahun mengalihkan energi yang mahal, menjadi yang lebih murah," tambahnya.
Penganugerahan tersebut diberikan karena Jusuf Kalla mampu melahirkan sejumlah inovasi, manakala menjadi wakil presiden. Selain mengkonversi minyak tanah ke gas, bantuan langsung tunai dan pembangunan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, merupakan inovasi Jusuf Kalla.
"Karena teori beliau dalam mengefisienkan proses menjadi lebih cepat, lebih murah itu tidak sesederhana dalam praktiknya. Tapi beliau bisa mempraktikkan membangun bandara dengan lebih murah, membangun pembangkit listrik, semua adalah keputusan politik yang datang dari proses engineering," kata Emil.
"Para pemimpin muda patut mengikuti jejak beliau, mengedepankan kesejahteraan bangsa dengan ilmu sains," imbuhnya.
Gelar Doktor Kehormatan yang diterima Jusuf Kalla tercantum dalam SK Senat Akademik ITB nomor 43/SK/K01-SA/2003. Jusuf Kalla mendapat gelar Doktor Kehormatan dalam bidang produktivitas.
Dalam orasi ilmiahnya, Jusuf Kalla memaparkan sejumlah kunci dalam berinovasi.
Pertama adalah keberanian dan ketegasan untuk memulai dan mengambil risiko.
Kedua, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Ketiga, manajemen dan akumulasi pengetahuan. Kemudian, peran entrepreneur dan peranan perguruan tinggi. Terakhir adalah wisdom.
"Sungguh suatu kehormatan bagi saya, untuk menjadi penerima Doktor Honoris Causa dari institusi penting, seperti ITB.
"Saya berdiri di sini bukanlah sebagai seorang akademisi yang mengupas teori, tetapi untuk berbagi pengalaman saya yang selama lebih dari 50 tahun di dunia bisnis, politik dan pemerintahan," tambahnya.
(Ida)