Bandung, Beritainspiratif.com - Kasus bulliying atau perundungan terhadap anak yang belakangan kerap terjadi di sejumlah daerah, hingga menimbulkan korban, hal itu menjadi perhatian serius Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk memerangi khasus bulliying terhadap anak-anak.
Beragam strategi telah dilakukan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) di antaranya dengan melakukan sosialisasi ke sekolah tentang efek bulliying.
Sekretaris DP3APM, Irma Nuryani mengatakan, kasus perundungan atau bullying yang menimpa siswa di kota Bandung, cenderung mengalami penurunan. Tidak seperti di daerah lain, kota Bandung belum menemukan kasus yang sampai merenggut nyawa korban bullying.
“Mudah-mudahan, karena kota Bandung merupakan Kota Layak anak dengan melakukan sosialisasi di berbagai tempat terutama berkerja sama dengan sekolah-sekolah. Kalau pun ada DP3APM berserta jajaran sekolah, masyarakat dan komunitas yang peduli terhadap anak bisa secepatnya menangani,” katanya di Balaikota Jalan Wastukencana Kota Bandung Kamis (5/2/2020)
Menurutnya, khasus bulliying sangat memberi dampak luar biasa terhadap perkembangan anak. Cara bulliying ini sendiri ada dua bentuk, yaitu fisik dan non fisik.
“Yang fisik mungkin bisa kelihatan dengan babak belurnya anak, tapi non fisik itu yang tidak kelihatan, sangat berdampak luar biasa. Itu sama-sama kita hindari supaya anak-anak bisa berkembang sesuai dengan yang kita harapkan,” ucapnya.
Lebih lanjut irma mengatakan, pada tahun 2018 lalu, data pengaduan yang masuk ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) sebanyak 8 kasus yang berhasil di tangani. Namun, ada kasus yang terjadi di sekolah yang luput karena tidak adanya pelaporan.
Pihaknya mengatakan, jika mendapatkan kasus tersebut akan menanganinya terpisah. P2TP2A segera melakukan analisa dengan melihat faktor penyebabnya. Termasuk didalamnya, mempelajari lingkungan tempat anak tersebut tinggal, hubungan anak dan orang tuanya.
“Mungkin di sekolah mungkin kita terus sosialisasikan teknik-teknik penanganan di sekolah sudah hampir ramah anak. Insya Allah para guru juga sudah tahu bagaimana menangani anak yang terkena bullying,” jelasnya.
Irma mengatakan, orang tua harus banyak komunikasi dengan anak mereka tentang cara mengatasi persoalan yang dihadapi. Dengan begitu, anak akan merasa lebih tenang karena ada yang membantu.
“Bisa berkomunikasi dengan teman, kalau tidak bisa berkomunikasi bahwa orang tua tidak boleh melakukan tindakan sendiri, karena masih ada guru sebagai pengganti orang tua. Itu yang selalu kita tekankan kepada anak-anak apabila anak mengalami maslah di sekolah,”jelasnya.
Selain itu, salah satu ciri yang harus dicermati dari anak korban bullying yakni jika terjadi perubahan sikap menjadi lebih pendiam. Perubahan sikap ini menjadi dampak paling berbahaya akibat dari bullying verbal, ketimbang bullying non verbal atau kekerasan fisik yang tampak secara kasatmata.
“Ini semacam sebab akibat, karena awalnya mereka dibully tapi reaksinya mencari kekuatan lebih akhirnya dengan mem-bully orang lain. SMP ini yang rawan karena di SMP ini mulai saling mengejek lalu di grup WA saling menghina dan biasanya dilanjut dengan perkelahian di luar sekolah,” jelas Irma.
Irma mengungkapkan, DP3APM juga melakukan pendekatan kepada para orang tua. Dia mengimbau agar orang tua jangan sampai menelantarkan anaknya atau malah menjadi pelaku bullying, justru harus menjadi orang yang pertama memerhatikan perilaku anaknya.
"Kita juga menyosialisasikan kepada orang tua agar selalu memerhatilan reaksi dan kondisi anak ketika pulang sekolah. Kita menekankan agar anak diajak bercerita supaya apa saja yang terjadi di sekolah agar orang tua bisa tahu,” tegasnya.
Irma menekankan agar orang tua harus menjalin komunikasi secara inten bersama anaknya ketika berada di rumah. Sehingga menjadi bekal untuk berkoordinasi dengan pihak sekolah guna berbagi peran dalam mengawasi kondisinya.
Mugni