Sampit, Beritainspiratif.com – Air gambut mengandung zat organik ataupun anorganik yang bisa mengganggu metabolisme tubuh. air gambut bersifat asam hingga bisa membuat gigi keropos.
Air gambut itu mengandung senyawa organik trihalometan yang bersifat karsinogenik (memicu kanker). Selain itu, air gambut juga mengandung logam besi dan mangan dengan kadar cukup tinggi, sehingga jika dikonsumsi dalam jangka panjang bisa mengganggu kesehatan.
Menurut penelitian Science Center LIPI, Cibinong, Jawa Barat, air gambut memiliki derajat keasaman (pH) 2,7- 4. Sedangkan pH netral adalah 7.
namun tidak bagi siswa SMAN 2 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, yang telah memperkenalkan inovasi dengan memanfaatan air gambut dan kulit nanas menjadi energi listrik.
"Air gambut banyak terdapat di Kalimantan, jadi bagus untuk dimanfaatkan menjadi listrik. Ini bisa menjadi solusi masalah kelistrikan seperti di perdesaan dan perkebunan skala besar," kata Astry Avrillia, siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Sampit di Sampit, Kamis (27/2/2020) lansir Antara.
Inovasi ini diperkenalkan oleh Astry bersama rekan lainnya yakni Azkia Lestari Mulyaputeri, Desti Ariani, dan Shabila Fatimah, pada saat mengikuti lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna yang dilaksanakan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kotawaringin Timur.
Inovasi yang ditampilkan mereka banyak menarik perhatian pengunjung, lantaran teknologinya sangat sederhana, murah, bahan bakunya melimpah dan manfaatnya sangat besar.
Astry menjelaskan, teknologi tersebut menggunakan bahan baku air gambut, kulit nanas, 12 baterai bekas, kotak gabus, kotak kaca, lempeng tembaga, lempeng seng, kawat dan lampu LED 12 volt. Dengan biaya sekitar Rp200.000.
Limbah nanas dimasukkan ke dalam baterai bekas sebagai pengganti pasta baterai tersebut. Fungsi baterai berisi kulit nanas ini sebagai penghasil daya yang kemudian dihubungkan ke lampu LED.
Sementara itu, air gambut sebanyak 12 liter dimasukkan dalam kotak kaca dilapis kotak gabus yang dibuat beberapa sekat berisi lempeng seng dan lempeng tembaga. Air gambut dengan tingkat keasamannya yang tinggi berfungsi menjadi penghantar listrik.
Rangkaian tersebut menghasilkan energi listrik arus DC sebesar 13 volt yang bisa menghindarkan lampu LED 12 volt selama 122 sampai 144 jam atau sekitar satu minggu. Semakin besar kapasitas alat dan air gambut serta kulit nanas yang digunakan maka semakin besar pula energi yang dihasilkan.
Perawatan teknologi ini terbilang sederhana, yakni tinggal mengganti air gambut dan kulit nanas. Tingkat keasaman gambut yang sudah dipakai akan berkurang sehingga kemampuannya menghantarkan energi listrik juga semakin berkurang, sehingga airnya harus diganti.
Saat mengganti air gambut, juga sekaligus membersihkan lempeng seng dan lempeng tembaga dengan cara mengampelas. Korosif atau karat pada lempeng seng dan tembaga akan menghambat kemampuan menghantar listrik.
Inovasi teknologi ini sangat ekonomis karena bisa dipakai berkali-kali selama peralatan dalam kondisi bagus. Selain itu, air gambut dan kulit nanas juga sangat mudah didapatkan.
"Semakin besar kapasitasnya maka semakin besar pula energi yang dihasilkan. Makanya, menurut kami ini sangat bagus, khususnya untuk digunakan di perdesaan yang banyak terdapat air gambutnya. Kami belum mencoba apakah nanti juga mampu diubah untuk menghidupkan peralatan elektronik," kata Astry.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kotawaringin Timur Hawianan tampak antusias memperhatikan inovasi teknologi tersebut. Dia juga beberapa kali bertanya karena penasaran dengan cara kerja teknologi sederhana tersebut.
Inovasi ini bisa menjadi harapan bagi masyarakat, khususnya di kawasan pelosok yang desanya belum tersentuh jaringan listrik PLN.
"Saya sangat kagum dengan karya-karya yang ditampilkan peserta. Ternyata banyak inovasi teknologi tepat guna yang mampu dihasilkan masyarakat kita," ungkap Hawianan (*)