Beritainspiratif.com - Fogging atau pengasapan adalah cara yang dilakukan untuk  membunuh nyamuk dengan menggunakan zat kimiawi. Fogging bukanlah upaya utama dalam mencegah penyakit Demam Berdarah (DBD), karena dampak fogging bisa berbahaya.

Dikutip dari Modul ‘Fogging bukan cara utama mencegah nyamuk yang diterbitkan oleh Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran UI’,  Fogging ternyata hanya mampu membunuh nyamuk dewasa bukan membunuh jentik/.jumantik nyamuk.

Setelah fogging dilakukan, efeknya pun hanya dapat bertahan selama dua hari. Tidak hanya itu, fogging yang dilakukan secara berulang-ulang dapat menyebabkan nyamuk kebal terhadap zat kimiawi yang digunakan sehingga dapat menurunkan efektivitas dari fogging itu sendiri.

Paparan zat kimia yang dilepaskan saat fogging, ternyata juga dapat membawa dampak negatif bagi manusia, seperti gangguan pencernaan, pernapasan, dan sistem kekebalan tubuh.

Bahaya lain seperti gangguan kronis pada tubuh di antaranya masalah ingatan, sulit berkonsentrasi, kelumpuhan, koma, bahkan kematian. Sedangkan untuk bahaya umum yang sering ditemukan seperti muntah-muntah, sakit perut, dan juga diare. Oleh karenanya, alangkah lebih baik jika fogging Anda jadikan upaya lanjutan.

Selama ini masyarakat keliru memahami  tindakan pengasapan (fogging) untuk mencegah merebaknya penyakit demam berdarah dengue (DB). Masyarakat menganggap fogging cara terbaik untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue penyebab demam berdarah, justru anggapan tersebut keliru.

Selama ini sebagian masyarakat menyikapi setiap ada kasus DBD,  langsung minta dilakukan fogging. Jika sudah dilakukan fogging, mereka merasa aman dari terkena penyakit DBD. Anggapan seperti ini harus kita luruskan. Fogging bukan cara terbaik memberantas DBD.

Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa.  Pada hari pertama setelah fogging nyamuk akan mati. Namun, sehari berikutnya akan muncul banyak nyamuk lagi karena jentik nyamuk tidak mati saat dilakukan fogging. Karena di dalam jentik yang belum mati, bisa jadi sudah ada yang membawa virus dengue penyebab demam berdarah.

Selain itu, Fogging bisa menimbulkan efek resisten terhadap nyamuk itu sendiri. Biaya fogging sendiri tergolong cukup mahal, tergantung luas wilayah.

Lakukan PSN

Tindakan yang tepat untuk penanganan DBD adalah setiap warga  bisa meluangkan waktu 5-10 menit untuk melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau sepekan satu kali.

Sebab, umur telur sampai menjadi nyamuk butuh waktu delapan hingga 10 hari.  Jadi dengan PSN, sebelum jentik tumbuh dewasa, sudah akan mati terlebih dahulu.

Selain PSN, abatisasi atau pemberian bubuk abate di tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras juga perlu dilakukan.

Cara Menghindari DBD

  1. Tetapkan dan laksanakan satu rumah satu jumantik yang dikenal dengan PSN. Yakni membersihkan tempat perindukan nyamuk secara bersama-sama seminggu sekali, setiap rumah.
  2. Hindari saat terjadi gigitan nyamuk, pada dua jam sesudah matahari terbit dan sebelum matahari terbenam. Misalnya dengan menggunakan kelambu di tempat tidur yang ditiduri bayi.
  3. Pakailah abate pada tempat tempat yang besar dan sulit terjangkau. Dengan cara menaburkan serbuk abate di tepian tempat yang sebelumnya sudah dipenuhi air dan sudah dihitung volumenya dengan perbandingan  satu gram abate untuk 10 liter dan ini bisa bermanfaat selama tiga bulan.
  4. Lakukan gerakan 3M, menutup, menguras dan mengubur tempat atau wadah penampungan air yang memungkinkan jetik nyamuk berkembang biak.

Upaya fogging  atau pengasapan insektisida dalam mencegah penyakit demam berdarah, hanya efektif untuk penanggulangan saat terjadi kasus kejadian luar biasa (KLB), ungkap Guru Besar Universitas Indonesia Prof dr Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK.

"Pengasapan sangat efektif untuk membunuh nyamuk dewasa saat populasinya sedang tinggi. Jadi masih efektif kalau untuk kedaruratan saja. Fogging sangat baik untuk penanggulangan wabah saat lagi tinggi, itu cepat sekali untuk menurunkan populasi nyamuk dengan cepat," kata Saleha dari Departemen Parasitologi FKUI dalam diskusi mengenai penyakit DBD di Jakarta, Rabu (13/2).

Namun dia tidak menganjurkan jika pengasapan dilakukan secara rutin karena dinilai kurang efektif untuk memberantas populasi nyamuk.

Dia menjelaskan beberapa alasan pengasapan menggunakan insektisida kurang efektif karena berbiaya mahal, mencemari lingkungan, bisa membuat vektor penular resisten, dan hanya memberikan keamanan palsu.

Dia menilai masyarakat sering kali merasa aman jika daerahnya sudah dilakukan pengasapan untuk mencegah demam berdarah. Namun sebenarnya fogging tersebut hanya membunuh nyamuk dewasa dan masih menyisakan telur dan larva atau jentik nyamuk.

Terlebih lagi ada sejumlah masyarakat yang tidak mau dilakukan fogging di dalam rumah dan hanya di lingkungan sekitarnya saja. Padahal banyak nyamuk yang bersembunyi di dalam rumah seperti tumpukan pakaian atau barang-barang lainnya.

Cara paling efektif untuk menurunkan populasi nyamuk ialah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di dalam rumah dan lingkungan sekitar rumah. Saleha memberi perhatian khusus pada tempat-tempat penampungan air atau yang bisa menampung air yang bisa menjadi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. 

Dia mengimbau agar masyarakat tidak hanya sekadar membuang air di bak mandi atau ember, tetapi juga menyikat dinding-dinding nya karena telur nyamuk bisa saja menempel. 

Saleha menekankan PSN merupakan cara paling efektif dalam pencegahan demam berdarah, namun perilaku masyarakat di Indonesia dinilai masih belum patuh dalam melaksanakannya.

Fogging Rumah Sendiri

Sebetulnya fogging bisa kita lakukan sendiri tanpa menunggu alat fogging, malah secara tidak sadar kita sering melakukan fogging sendiri walaupun dalam kadar yang sangat kecil, yaitu menyemprotkan obat nyamuk didalam ruangan rumah.

Alat yang diperlukan untuk fogging secara mandiri :

  1. Obat nyamuk semprot ukuran 600 ml atau jumbo.
  2. Masker.

Beberapa tempat yang harus kita semprot adalah :

  1. Tempat yang ada genangan air seperti kamar mandi, tempat cuci piring, tempat cuci baju, kolam ikan dan saluran air / got.
  2. Sela – sela furniture seperti kolong tempat tidur, kolong rak tv, kolong almari, kolong sofa, kolong kulkas, kolong mesin cuci dan kolong mobil.
  3. Langit – langit rumah (plavon).
  4. Tempat – tempat gelap seperti diatas plavon dan ruangan yang jarang kita kunjungi seperti gudang.
  5. Taman depan dan taman belakang atau sisa tanah belakang rumah.

Semprotlah tempat – tempat tersebut dan sekitarnya, serta tempat yang menurut anda menjadi sarang nyamuk. Jangan lupa untuk memakai masker saat menyemprot rumah dan tutuplah pintu serta jendela.

Setelah selesai menyemprot, segeralah keluar dari rumah dan jangan membuka pintu dan jendela serta segeralah cuci tangan anda dengan bersih. Jangan memasuki rumah sekitar 1 jam karena obat nyamuk pasti masih memenuhi ruangan rumah, jika terpaksa memasuki rumah pakailah masker.

Setelah sekitar 1 jam anda bisa memasuki rumah, tapi tetaplah memakai masker karena masih ada sisa obat nyamuk didalam ruangan rumah, lalu bukalah pintu dan jendela selebar mungkin serta nyalakan blower atau kipas angin agar bau obat nyamuk segera hilang. Sapulah lantai rumah anda karena pasti banyak nyamuk dan serangga yang mabuk atau mati. Saat akan melepas masker pastikan bahwa bau obat nyamuk sudah hilang dari rumah anda.

Cara ini tidak dianjurkan jika Anda mempunyai bayi atau balita dibawah umur 3 tahun atau Ibu yang sedang hamil.

Cegah gigitan nyamuk

Berikut beberapa cara yang bisa Anda ikuti sebagai langkah pencegahan gigitan nyamuk:

  • Gunakan baju lengan panjang, celana panjang, kaus kaki, dan sepatu di waktu-waktu aktif persebaran nyamuk demam berdarah.
  • Gunakan lotion anti nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk.
  • Gunakan kelambu pada tempat tidur atau kereta bayi agar Anda dan keluarga terlindungi dari gigitan nyamuk saat tidur.
  • Lakukan 3M plus, yaitu menutup, menguras, mengubur, dan mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

Prosedur Pelaksanaan Fogging :

Fogging yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan / Puskesmas setempat, dilaksanakan melalui tahapan dan prosedur berikut ini:

1. Adanya laporan penderita DBD dari Rumah Sakit/Puskesmas.

2. Petugas puskesmas melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) di lingkungan penderita DBD untuk mengetahui adakah penderita DBD lainnya dan penderita demam dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya.

3. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas pada saat itu ditemukan pemeriksaan di kulit dan dilakukan uji Tourniquet.

4. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty baik didalam maupun di luar rumah/bangunan pada radius 100 meter dari lokasi tepat tinggal penderita.

5. Hasil pemeriksan adanya penderita DBD lainnya dan hasil pemeriksaan terhadap penderita demam (tersangka DBD) dan pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir PE.

6. Hasil PE dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

7. Berdasarkan hasil PE dilakukan penanggulangan focus, sebagai berikut :

a. Bila ditemukan penderita DBD lainnya (1 atau lebih) atau ditemukan 3 atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik (≥5%) dari rumah/bangunan yang diperiksa, maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD, larvasidasi, penyuluhan dan pengasapan dengan insektisida di rumah penderita DBD dan rumah/bangunan sekitarnya dalam radius 200 meter.

b. Bila tidak ditemukan penderita lainnya tetapi ditemukan jentik, maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, larvasidasi dan penyuluhan.

c. Bila tidak ditemukan penderita lainnya dan tidak ditemukan jentik, maka dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Fogging Swadaya Masyarakat / Berbayar

Melaksanakan Fogging secara swadaya haruslah dilakukan oleh petugas fogging yang tahu cara mengoplos cairan insektisida, solar, dan bensin agar asap ampuh membunuh nyamuk.

Warga yang hendak fogging mandiri agar berkoordinasi dengan tenaga Kesehatan / Puskesmas setempat.

Petugas fogging harus terlatih, bahan campurannya juga harus bisa mematikan nyamuk dewasa. Termasuk petugas fogging yang berbayar pun harus konsultasi dengan pihak Puskesmas yang ada di wilayah.

Fogging dengan oplosan yang benar tidak merusak ekosistem lingkungan hidup, dan tidak membunuh hewan, serangga yang ada di sekitar.

Petugas Fogging juga harus menggunakan Masker hingga APD (alat pelindung diri).

Cairan insektisida memang bisa dibeli di pasaran. Tapi walaupun fogging diadakan sendiri sebaiknya koordinasi dengan Puskesmas setempat.

Dikutip dari berbagai sumber (*)