Bandung, Beritainspiratif.com - Para atlet dan staf di industri olahraga perlu dibekali pengetahuan pengaturan keuangan agar dapat hidup secara aman dan terencana. Apalagi masa emas para atlet cenderung tidak sepanjang para pekerja di bidang lainnya.

Literasi keuangan sejak dini menjadi kunci utama agar atlet terbiasa mengelola keuangan dengan baik dan benar, sehingga pada saat pensiun dapat menikmati investasi yang mereka lakukan dengan optimal.

Persib sebagai klub sepak bola tertua di Indonesia, dengan jumlah fanbase mencapai 17 juta orang, merupakan salah satu klub sepak bola terbesar di dunia. Sebagai klub sepak bola profesional, Persib memiliki perhatian khusus bagi para pemain dan staf, baik saat bekerja maupun pensiun.

Baca Juga:PLN Layani Laporan stand meter setiap tgl.24-27

Untuk itu, Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) berkolaborasi dengan PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) menyelenggarakan financial planning webinar, Selasa sore (23/6/2020).

Acara ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi antara Persib dengan SBM ITB untuk meningkatkan pengetahuan dan awareness dari masing-masing pihak mengenai pentingnya perencanaan keuangan bagi para atlet dan staf di industri olahraga.

Kegiatan yang dihadiri 60 peserta dari pemain dan staf Persib, menghadirkan tiga pembicara yakni Dr Raden Aswin Rahadi, Dr Sylviana Maya Damayanti, dan Dr Subiakto Soekarno.

Dosen SBM ITB, Dr Raden Aswin Rahadi menceritakan pentingnya merencanakan keuangan pribadi, sebab orang lebih mudah belanja daripada menabung.

“Kalau gajian, dibelanjakan dulu, sisanya baru menabung. Itu tidak tepat,” ujar Aswin.

Baca Juga:Jabar-segera-miliki-mobile-combat-covid-19

Perencanaan keuangan ini penting untuk membantu mencapai tujuan finansial. Misal umrah, beli rumah, melanjutkan sekolah, dan hal lainnya yang lebih bermanfaat.

Perencanaan keuangan juga membuat keuangan lebih terkontrol. Apalagi manusia tidak tahu apa yang terjadi di depan sana, sehingga perlu dipersiapkan sejak awal.

“Pandemi Covid-19 sekarang pun tidak ada yang tahu,” ungkapnya.

Dr Sylviana Maya Damayanti, dosen SBM ITB lainnya menambahkan, hampir semua terdampak Covid-19, termasuk dunia sepakbola Indonesia. Seperti beberapa waktu lalu, PSSI mengizinkan klub hanya membayar 25 persen dari gaji pegawai.

Untuk itu, dalam perencanaan keuangan, yang harus disiapkan adalah dana darurat. Dana ini dialokasikan secara terpisah untuk kebutuhan yang sifatnya sangat darurat.

Besarannya secara teori, untuk lajang 3 bulan dari pengeluaran bulanan. Untuk keluarga kecil dengan dua anak, baiknya memiliki dana sebesar 6 kali pengeluaran bulanan. Sedangkan keluarga besar, 9-12 kali pengeluaran bulanan.

Baca Juga:Pengoperasian-moda-transportasi-publik-di-masa-pandemi-harus-dikelola-dengan-baik

Lalu, dimana menepatkan dana darurat? Ada tiga kriteria yakni aman, mudah diakses, dan mudah dicairkan.

Kemudian manajemen arus kas. Ada baiknya membuat catatan keuangan. Lihatlah pengeluaran yang naik dan turun selama pandemi, cek kondisi kesehatan, surplus atau defisitkah. Kemudian lakukan skala prioritas.

“Prioritas dalam keuangan itu, pertama kewajiban seperti KPR, SPP, dan premi asuransi. Kedua, kebutuhan, yakni hal primer seperti makanan, kesehatan, dan keamanan. Kemudian ketiga keinginan,” ucapnya.

Dalam hal manajemen utang, sebaiknya jumlah utang maksimal 30 persen dari pendapatan. Lalu, bayarlah utang dengan bunga paling tinggi terlebih dahulu.

Bagi yang memiliki kartu kredit, pastikan membayar full, manfaatkan 0 persen, bila bisa tidak perlu memiliki kartu kredit. Di masa pandemi ini, seseorang masih bisa melakukan investasi. Kaprodi MBA ITB, Dr Subiakto Soekarno mengatakan, di saat pandemi, investasi lebih ditujukan pada keamanan bukan melipatgandakan. Untuk itu, ia menyarankan reksadana pasar uang.

Meski low risk, low return, reksadana pasar uang tergolong aman.

“Serendah-rendahnya reksadana pasar uang masih berikan 7 persen tanpa potongan apapun. Nanti setelah kondisi membaik, bisa pindah ke pendapatan tetap, dan lainnya,” unkapnya.

Ia pun mengingatkan para pemain dan staf Persib untuk berhati-hati pada orang yang menawarkan investasi.

“Rumusnya, kalau to good to be true, itu not true. Kalau kita tidak punya intervensi pada investasi kita, sebaiknya jangan,” tutur Subiakto.

Pada bagian diskusi, para pemain Persib terlihat begitu antusias. Berbagai pertanyaan disampaikan, terutama mengenai cara investasi yang tepat saat pandemi. Mereka pun berharap ada kelas lanjutan.

Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Teddy Tjahjono menyambut baik acara ini. Ke depan, Persib ingin terus berkolaborasi untuk meningkatkan literasi keuangan.

(Yanis/Rls)