Jakarta, Beritainspiratif.com - Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah meminta agar kasus klaster baru COVID-19 di Pusat pendidikan Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat, dapat dijadikan pembelajaran, sehingga tidak terjadi hal serupa di kemudian hari.
Pentingnya Jaga Jarak
Jagalah jarak dan hindari kerumunan. Sebab, jarak menjadi faktor yang dapat memicu terjadinya penularan.
"Pertama, ketika ada orang banyak, berkumpul dalam satu tempat dan waktu yang sama, terlebih dengan sirkulasi udara yang tidak diketahui baik atau tidak, ini yang akan mempengaruhi laju penularan," ujar Dewi dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Nasional (15/7) yang dilansir Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional.
Tonton Juga:GamePlay : Hindari 5 Kesalahan di Valorant Ini
Berkumpul Jadi Tempat yang Cepat Penyebaran Covid-19
Dalam hal ini, seluruh kegiatan yang melibatkan banyak orang berkumpul seperti asrama, boarding school dan pesantren juga memiliki potensi penularan yang mirip dengan apa yang terjadi di Secapa.
Dewi yang juga merupakan ahli epidemiologi menjelaskan bahwa jika satu orang terinfeksi dalam kondisi tersebut, penyebaran virus SARS-CoV-2 akan terjadi dengan sangat cepat.
Pentingnya Daya Tahan Tubuh
Selanjutnya, Dewi menjelaskan bahwa daya tahan tubuh yang baik menjadi hal yang penting untuk mencegah penularan COVID-19.
"Kedua, daya tahan tubuh ini berperan penting bagi kita jika ingin melawan COVID-19. Hasil pemeriksaan menunjukan dari 1.262 orang yang positif di Secapa AD, hanya 17 orang yang dirawat dengan gejala ringan dan lainnya masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG). Hal ini juga menunjukkan bahwa daya tahan tubuh yang dimiliki oleh peserta didik dan pelatih yang ada di Secapa membantu mereka dari infeksi virus sehingga tidak ada keluhan berat," lanjutnya.
OTG Miliki Potensi Tinggi Tularkan Covid-19
Adapun pelajaran lain yang bisa dipetik dari kasus Secapa AD Bandung menurut Dewi adalah potensi penularan dari orang yang tidak bergejala.
"Ketiga, potensi orang yang tidak bergejala sangat tinggi untuk menularkan COVID-19. Terlebih bagi yang masuk dalam kategori OTG ini tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi," ungkap Dewi.
Baca Juga:Terbatasnya-rph-dispangtan-minta-pemotongan-hewan-kurban-di-pusatkan-di-tiap-rw
Pentingnya Isolasi Mandiri
Kemudian, Dewi juga menjelaskan bahwa isolasi mandiri sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.
"Keempat, isolasi mandiri itu penting sekali. Meskipun tidak ada gejala ataupun gejalanya ringan, isolasi mandiri dan perbatasan untuk mobilitas bagi mereka yang terinfeksi itu harus sangat dibatasi. Seperti apa yang terjadi di Secapa, mereka inisiatif untuk diperiksa dan ketika hasilnya sekian yang positif, langsung semuanya di karantina sehingga dapat mencegah penularan COVID-19 ke luar dari klaster tersebut," jelasnya.
Dewi mengungkapkan bahwa kasus terbanyak di Jawa Timur berasal dari transmisi lokal dengan jumlah kasus positif secara tiba-tiba namun tidak ada riwayat berpergian. Dewi kembali menegaskan bahwa isolasi mandiri menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.
"Sekali lagi, isolasi mandiri itu penting. Ketika sudah pernah ada kontak dengan orang yang positif harus dipastikan isolasi mandirinya berjalan dengan disiplin dan ketat," tegasnya.
Tonton Video Ini:Nge-Cheat Lagi di Valorant Gameplay
Pasar Berpotensi Besar Penularan Covid-19
Tidak hanya asrama, klaster lain yang harus menjadi perhatian dan diwaspadai adalah pasar. Dewi menjelaskan meskipun kasusnya lebih rendah dibandingkan dengan klaster transmisi lokal, pasar memiliki potensi yang tinggi menjadi tempat penularan COVID-19.
"Pasar ini adalah potensi luar biasa. Potensi berkerumunnya lebih tinggi, berdesakan dengan orang lain dan sirkulasi udaranya tidak baik," ujar Dewi.
Waspadai Transportasi Umum dan Gunakan Masker
Terakhir, Dewi mengingatkan bahwa penerapan protokol kesehatan sangat penting dengan tetap memperhatikan titik-titik kritis yang kadang masih sering terlupakan oleh masyarakat guna menekan potensi penularan COVID-19 dan mencegah lonjakan kasus positif yang tinggi.
"Penerapan protokol kesehatan tapi juga perhatikan titik-titik kritis yang kita kadang lupa. Misalnya ketika makan harus membuka masker, maka usahakan makan dengan tetap menjaga jarak dan jangan berinteraksi karena dapat menjadi ruang perpindahan droplet. Jika menggunakan transportasi umum harus pastikan ketika sudah sampai harus mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer serta pastikan untuk jaga jarak karena bisa saja terinfeksi atau tertularnya saat perjalanan," tutupnya. (*)