Bandung, Beritainspiratif.com - Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Jawa Barat terus memperkuat Bina Keluarga Lansia (BKL), yaitu program peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan para lanjut usia dalam sebuah keluarga.

Ketua TP-PKK Provinsi Jabar Atalia Praratya Ridwan Kamil mengatakan, BKL yang menjadi bagian dari program kerja PKK Pokja 1 adalah program pemberdayaan lansia, dimana keluarga dan masyarakat sekitar menjadi pelaku utamanya.

“Di BKL yang kita persiapkan adalah keluarganya,” kata Atalia saat menjadi pembicara di acara Sosialisasi Tujuh Dimensi Lansia Tangguh yang diinisiasi oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Jabar di Hotel Novotel, Kota Bandung, Senin (2/11/2020).

“Bagaimana anggota keluarga ini bisa menerima anggota keluarga yang sudah sepuh dan bagaimana juga bisa terus memahami kondisinya, kemudian menyemangati, karena yang paling penting adalah kebahagiaan itu harus muncul bagi kedua belah pihak (lansia dan keluarganya),” ujarnya.

Baca Juga:Jabar-provinsi-pertama-wajibkan-kendaraan-dinas-gunakan-listrik

Tak hanya anggota keluarga, kata Atalia, BKL juga melibatkan berbagai kelompok di dalam masyarakat, untuk menggelar kegiatan dan edukasi.

Kegiatan perkumpulan ini menjadi penting untuk menghilangkan rasa sepi yang biasanya dirasakan oleh para lansia, terlebih apabila anggota keluarganya jarang hadir secara fisik atau sibuk dengan kegiatan masing-masing.

“Ketika mereka berkumpul dengan teman-teman sebaya mereka, mereka akan lebih merasa bahagia. Karena mereka punya teman untuk cerita, untuk berbagi,” katanya.

“Selain itu, ruang-ruang untuk mereka berinteraksi itu diperluas, ruang-ruang untuk mereka bisa membangun kebahagiaan mereka, membangun kemandirian mereka dari sisi ekonomi misalnya, itu harus terus didorong,” imbuhnya.

Atalia juga menambahkan, sebagai bagian dari keluarga, para lansia sebenarnya bisa menjadi motivator untuk berbagai kegiatan anak-anak, remaja, atau pasangan muda, karena para lansia memiliki pengalaman dalam menjalani kehidupan ini.

Untuk itu, menurut Atalia para lansia juga perlu mendapatkan apresiasi karena lansia di masa mudanya telah bekerja keras dan berkontribusi dalam membangun keluarga dan bangsa.

“Sebagai bagian dari keluarga, mereka (lansia) juga bisa menjadi motivator untuk berbagai program atau kegiatan remaja, anak, atau pasangan muda itu bisa didapat dari para lansia ini, karena mereka sudah berpengalaman,” tuturnya.

“Para lansia adalah mereka yang sudah bekerja keras, jadi mereka juga sudah memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa maupun keluarga,” imbuhnya.

Kegiatan-kegaitan yang digelar dalam BKL mulai dari pemeriksaan kesehatan, senam bersama atau olah raga, hingga curhat. Selain itu, ada pula temu keluarga dan kunjungan rumah.

BKL pun diharapkan bisa menciptakan lanjut usia yang mandiri, menciptakan kesejahteraan spiritual bagi lanjut usia, dan menciptakan lanjut usia yang sehat lahir dan batin.

Dalam BKL, keluarga berperan untuk memfasilitasi lansia dalam mengarahkan komponen yang dimilikinya; meningkatkan ketaqwaan beribadah dan penyediaan sarana ibadah; pembinaan fisik untuk menjaga kesehatan melalui pemberian makanan bergizi, menjaga kebugaran melalui olah raga, tidur teratur, hingga merawat lansia jika sakit.

Peran keluarga lainnya dalam membentuk lansia sejahtera dan bahagia, yaitu dalam pembinaan mental psikis untuk mengatasi keadaan mental dan emosional, hingga pembinaan ekonomi untuk mengatasi rasa kesepian dengan menciptakan suasana yang menyenangkan agar merasa diperhatikan dan dibutuhkan.

“Karena para lansia ini perlu di dengar dan diperhatikan, juga merasa dibutuhkan,” ucap Atalia dalam paparannya di acara sosialisasi tersebut.

“Peran keluarga juga penting dalam memberikan motivasi untuk mengembangkan hobi atau pekerjaan ringan dan memenuhi kebutuhan lansia,” tambahnya.

Sementara itu, tujuh dimensi Lansia Tangguh meliputi: spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional, vokasional, dan lingkungan. Tujuh dimensi tersebut juga menjadi indikator lansia yang sehat secara fisik, sosial, mental, mandiri, aktif, dan produktif.

Melalui tujuh dimensi ini, diharapkan para lansia mampu beradaptasi terhadap proses penuaan secara prositif, sehingga mencapai masa tua berkualitas dalam lingkungan yang nyaman.

(Ida)

Baca Juga: