Bandung, Beritainspiratif.com - Sebagai komitmen pendamping masyarakat, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Kota Bandung terus mengembangkan pendampingan lebih masif. Setiap kader kini hadir setiap kecamatan dan kelurahan melayani masyarakat.

“Kader RBM kita di 151 kelurahan dan 30 kecamatan. Kalau penyandang disabilitas itu 5.140 orang. Sampai hari ini dibantu oleh kita berbagai macam. Membutuhkan rehab kita bantu. Pelatihan, kita bantu,” tutur Ketua RBM Kota Bandung, Siti Muntamah pada program Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Senin (30/11/2020).

Baca Juga:Pemprov-jabar-gelar-musrenbang-susun-perubahan-rpjmd-2018-2023

Untuk pelatihan, Siti mengatakan, tidak mampu semuanya mengikuti, karena kuota yang terbatas. Sehingga perlu bergiliran untuk mengikutinya.

Di sisi lain perlu menyesuaikan derajat sampai kemampuan yang berkebutuhan khsusus untuk mendapatkan haknya.

“Jelas kita hadir menyesuaikan derajat intelektual mereka, kemampuan bergerak mereka, karena penyandang disabilitas tetap membutuhkan orang lain,” katanya.

Atas inovasi yang digagas oleh RBM, kini hadir Rumah Cinta Inklusi (RCI), sebuah rumah terapi gratis bagi disabilitas yang melayani terapi anak dengan tiga jenis disabilitas, yaitu cerebral palcy, autisme, dan down syndrome.

“Sejauh ini Alhamdulillah Rumah Cinta Inklusi menjadi salah satu program untuk mengintegrasikan kebutuhan penyandang disabilitas di berbagai keluarga,” jelas Umi sapaan akrabnya.

Inovasi tersebut, lanjut Umi, merupakan komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menghadirkan perlindungan dan layanan kepada para penyandang disabilitas.

“Selama 2 bulan ini telah mengitervensi 60 anak. Kita berkolaborasi dengan dokter RSHS, kemudian asosiasi terapis Indonesia, psikolog dan Puspaga,” katanya.

“Rumah Cinta Inkusi sebagai implementasi juga rehabilitasi pengambangan minat dan bakat,” kata Umi.

Untuk memberdayakan, lanjutnya, RBM pun mengembangkan dengan multisektor. Seperti Dekranasda yang memberikan pelatihan sampai memiliki pasar.

Ia mencontohkan, warga memproduksi kain peca sampai sampai menjadi nilai ekonomi bagi pelaku usaha.

“Ada beberapa yang mampu produksi seperti kain perca dan sampah yang sudah dipilah dimanfaatkan. Ternyata hasilnya mampu dijual dan ikut pameran waktu di 9 mal. Komunitas lansia itu berhasil buka pasar,” tuturnya.

Yanis

Baca Juga: