Bandung, Beritainspiratif.com - Selama tahun 2020 di Indonesia telah terjadi 2.099 kejadian gerakan tanah atau longsor, 73 persen diantaranya terjadi di pulau Jawa.
Bencana longsor tersebut mengakibatkan 304 orang meninggal dunia, 7.226 mengungsi dan 6.310 rumah rusak.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono mengungkapkan, daerah yang mengalami rusak parah akibat pergerakan tanah terdapat di enam lokasi yaitu Bogor, Garut, Tasikmalaya (Jawa Barat), Banjarnegara (Jawa Tengah), Lebak (Banten) dan Luwu Utara (Sulawesi Selatan).
"Sebaran longsor paling banyak di pulau Jawa, dengan lokasi terparah diantaranya ada di Jawa Barat, " kata Eko Budi pada konferensi Pers secara virtual, Rabu (20/1/2021).
Baca Juga:Komisi-III-dpr-ri-setuju-komjen-listyo-sigit-prabowo-sebagai-kapolri
Menurut Eko Budi Lelono tingginya kejadian pergerakan tanah di pulau Jawa, karena populasi penduduk di pulau ini palung tinggi sehingga pembangunan infrastruktur juga sangat masif.
Tanah di pulau Jawa juga merupakan tanah vulkanik dengan pelapukan yang sangat tinggi, sehingga mudah longsor bila dilapisi batuan-batuan.
Untuk itu kata dia diperlukan penataan ruang yang baik, guna menghindari potensi gerakan tanah.
"Banyaknya hutan yang hilang dan lereng terbuka serta kondisi tanah yang lapuk ditambah curah hujan dengan durasi yang lama, menambah beban batuan yang ada sehingga memicu gerakan tanah/ longsor, " tandasnya
Khusus di Jawa Barat kata Eko, pihaknya telah melakukan pemetaan kawasan rawan bencana gerakan tanah.
"Kami secara detil memetakan tiap kabupaten, terkait dengan potensi gerakan tanah yang ada, "ujarnya.
"Kecamatan di Kabupaten Sumedang, semuanya mempunyai potensi gerakan tanah menengah sampai tinggi, termasuk kecamatan Cimanggung, " imbuhnya.
Seperti diketahui pada 9 Januari 2021 bencana alam tanah longsor melanda desa Cihanjuang kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang, yang menghancurkan pemukiman warga dan menelan korban puluhan jiwa.
(Ida)
Baca Juga: