Jakarta, Beritainspiratif.com - Tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia tahun 2020, meningkat dibanding tahun sebelumnya. Menurut Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando, berdasarkan hasil kajian tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia Tahun 2020 mencapai 55,74 persen sedang tahun sebelumnya 53,84.

"Artinya tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia, masuk dalam kategori sedang dengan frekuensi membaca 4 kali/pekan, durasi membaca 1 jam 36 menit/hari, jumlah 2 buku/triwulan, " katanya pada pembukaan Rapat Koordinasi Bidang Perpustakaan 2021 secara virtual dari Gedung Layanan Perpusnas Jakarta, Senin (22/3/2021).

Rakornas diikuti 10.000 peserta berlangsung dua hari (22-23 Maret), yang juga dapat disaksikan lewat media sosial Perpusnas.

Baca Juga: Bentuk Kader NU Militan, GP Ansor Warung Kondang Cianjur Gelar PKD

Syarif Bando mengatakan perspektif literasi Indonesia masih sedang dikarenakan kemampuan akses informasi terkait TIK yang rendah, kurangnya ketersediaan dan akses terhadap informasi yang berkualitas, serta ketidakmampuan untuk mendapatkan informasi yang relevan.

"Maka dari itu solusinya adalah peningkatan akses informasi, penguatan infrastruktur informasi dan penguatan konteks informasi bagi individu. Dengan begitu menghasilkan keadilan informasi dan peningkatan literasi sehingga berdampak pada kesejahteraan," ucap Syarif Bando.

Dikatakan Syarif, pihaknya menargetkan tahun 2022 tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia mencapai 63,3, dengan indeks pembangunan literasi masyarakat mencapai 13.

Tingkat kegemaran membaca masyarakat diharapkan terus meningkat, sehingga target 71,3 persen di tahun 2024 bisa tercapai dengan nilai indeks pembangunan literasi masyarakat mencapai 15.

"Untuk itulah diperlukan sinergi antar kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan lainnya, " ucap dia.

Ia menyatakan, Rakornas bertujuan menguatkan peran perpustakaan dalam transfer pengetahuan untuk meningkatkan budaya literasi, sekaligus berperan dalam pemulihan ekonomi nasional.

Diakui teori ilmu perpustakan yang relevan saat ini adalah transfer of knowledge.

"Konsolidasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan di bidang perpustakaan secara intens dilakukan dalam Rakornas, sehingga perpustakaan sebagai leading sector dalam peningkatan literasi, inovasi, dan kreativitas bisa mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter,” ujarnya.

Ia menerangkan literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan. Literasi merupakan kunci utama untuk berdaya saing. Tugas saat ini adalah memastikan sisi hulu berperan optimal dan berfungsi baik, sekaligus memastikan kebutuhan bahan bacaan bagi 270 juta penduduk terpenuhi.

Menurutnya ada 4 tingkatan literasi yakni pertama, kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bahan bacaan. Kedua, kemampuan memahami apa yang tersirat dari yang tersurat.

Ketiga, kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan baru, teori baru, dan kreativitas serta inovasi baru hingga memiliki kemampuan menganalisis informasi dan menulis buku. Keempat, kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global.

Sementara sesi kebijakan Rakornas diisi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, Menteri Desa PDTT Abdul Halim Iskandar, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.

Selain itu, ada juga Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo, Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, dan Bupati Magetan Suprawoto.

(Ida)

Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar