Tanaman Herbal Pegagan (Ilustrasi oleh Farmasetika)
Beritainspiratif.com - Pegagan (Centella asiatica L. Urban) merupakan tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping dua. Pegagan merupakan tanaman herbal yang berpotensi dalam hal farmakologi. Pegagan memiliki akar rimpang yang pendek serta mempunyai geragih. Akarnya keluar dari buku berupa akar tunggang berwarna putih. Stolon tumbuh dari sistem perakaran, memiliki ukuran yang panjang dan tumbuh menjalar. Pada setiap buku dari stolon akan tumbuh tunas yang akan menjadi cikal bakal tumbuhan pegagan tumbuhan pegagan baru.
Dr. Iwan Sahrial Hamid, drh., M.Si. menyampaikan pegagan sebenarnya merupakan jenis tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, dan pematang sawah. Tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Cina, Jepang dan Australia. Di beberapa wilayah di Indonesia, lanjutnya, pegagan dikenal dengan beberapa nama lokal, diantaranya pegaga (Aceh), daun kaki kuda (Melayu), ampagaga (Batak), Antanan (Sunda), sarowati (Maluku), bebele (Nusa Tenggara), dan dougauke (Papua).
“Pegagan merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki beragam manfaat untuk mengobati berbagai masalah kesehatan. Pegagan memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothanksuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,” papar Wakil Dekan II FKH itu.
Lebih lanjut, Dr. Iwan Sahrial Hamid, drh., M.Si., menyebut herba pegagan dipilih sebagai bahan utama karena termasuk salah satu tanaman unggulan menurut BPOM. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai aktivitas herba pegagan sebagai obat kusta, antiseptik, diuretik, immunidulator, penyembuh luka, antioksidan dan antiangiogenesis.
Baca Juga: Komisi V DPR RI Minta PT. Pelni Maksimalkan Tol Laut
Bukti ilmiah tahun 2020 oleh Dr. Iwan Sahrial Hamid, drh., M.Si., mengungkapkan manfaat pegagan sebagai penghambat pertumbuhan tumor melalui jalur antiangiogenesis. Berdasarkan hasil pengamatan makroskopik maupun mikroskopik tampak bahwa respon angiogenesis pada membran korioalantois (CAM) terinduksi bFGF semakin berkurang atau penghambatan angiogenesis pada CAM meningkat dengan kenaikan dosis ekstrak etanolik daun pegagan yang dicobakan. Respon angiogenesis terendah dalam penelitian ini adalah pada pemberian dosis ekstrak etanolik daun pegagan paling besar 180µg.
“Meskipun belum dapat dipastikan, namun pemberian bFGF sebagai induktor dapat memberikan sedikit gambaran mengenai kemungkinan mekanisme aksi penghambatannya. Berbagai zat kimia yang mungkin terkandung di dalam ekstrak etanolik daun pegagan diantaranya flavonoid dan polifenol diduga berperan dalam kemampuan menghambat angiogenesis ekstrak tersebut,” ujarnya.
Beberapa penelitian mengenai flavonoid, sambungnya, merekomendasikan kemungkinan aksinya sebagai senyawa kimia yang mampu menghambat kanker dan diantaranya melalui penghambatan angiogenesis. Flavonoid tersebut, diantaranya resveratrol dan quercetin pada kadar 100 µM mampu menghambat aspek-aspek angiogenesis (proliferasi, migrasi sel endotelial dan pembentukan pipa pembuluh darah). Silymarin, suatu flavonoid antioksidan, sedang dikembangkan sebagai agen inhibitor terhadap enzim COX-2.
“Senyawa ini menurunkan jumlah sel HUVEC (sel endothelial) pada kadar 50 μg/ml. Angiogenesis diblok oleh inhibitor COX-2 yang diinduksi bFGF. COX-2 berperan pada proses angiogenesis melalui sintesis prostaglandin (PG). PG berperan penting di dalam induksi VEGF. Oleh karena itu penghambatan aktivitas COX-2 akan berakibat pada penghambatan angiogenesis,” tandasnya.
Kandungan dalam ekstrak etanolik daun pegagan, terangnya, mungkin bertindak sebagai penghambat COX-2, memblok produksi PG, sehingga dapat mencegah pembentukan endotelial kapiler dan proliferasinya.
“Terdapat kemungkinan bahwa di dalam ekstrak etanolik daun pegagan terkandung senyawa yang bertindak sebagai inhibitor angiogenesis. Hal ini antara lain dilakukan melalui pengeblokan terhadap reseptor VEGF atau reseptor bFGF sehingga tidak dapat berikatan dengan faktor-faktor pertumbuhan tersebut atau menghambat matrix metalloproteinases (MMPs), enzim proteinase yang mengkatalisis rusaknya matriks ekstraselular, sehingga sel-sel endotelial mampu migrasi ke jaringan sekitarnya, membentuk pembuluh darah baru. Berdasarkan fakta ini maka sangat mungkin flavonoid dalam ekstrak etanolik pegagan juga memiliki mekanisme aksi penghambatan angiogenesis,” pungkasnya yang diungkap dilaman Unair News.
Yanis
Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar