Ilustrasi / Foto: Istimewa
Beritainspiratif.com - Pandemi Covid-19 di Indonesia telah memasuki gelombang dua. Kenaikan kasus konfirmasi positif pada puncak gelombang kedua ini akan lebih tinggi daripada yang terjadi saat akhir Januari 2021. Maka dari itu penting bagi kita untuk mengetahui informasi tentang cara tepat dalam melakukan penanganan dini apabila terinfeksi Covid-19.
Prof. Djoko Santoso dr., Ph.D., Sp.PD.K-GH.FINASIM Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) menyebutkan bahwa melakukan isolasi mandiri dengan benar dan disertai pengawasan dokter adalah hal yang patut dilakukan saat melakukan penanganan dini. Sebab jika salah dalam penanganan, isolasi mandiri justru akan memunculkan klaster keluarga.
Baca Juga: Peneliti IPB Dr Tuti Suryati, Ini Rahasia Nanas Dapat Lunakkan Daging
“Isolasi mandiri di rumah harus dilakukan dengan benar guna memutus mata rantai penularan. Kemudian juga harus dilakukan dengan pengawasan dokter yang berperan dalam penentu kesembuhan,” ungkap guru besar yang akrab dipanggil Prof Djoko itu.
Memperhatikan Lama Isolasi
Guru besar yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Unair itu menerangkan bahwa kriteria bebas isolasi pada pasien Covid-19 dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu orang tanpa gejala serta orang dengan gejala. Pengelompokan tersebut menjadi acuan untuk menentukan masa isolasi.
“Orang tanpa gejala dapat dikatakan bebas isolasi jika telah melakukan isolasi mandiri selama sepuluh hari, namun jika orang dengan gejala adalah sepuluh hari ditambah tiga hari bebas gejala,” ungkapnya.
Tidak Ada Kontak Erat Baru
Prof. Djoko menuturkan lingkungan yang digunakan untuk isoman tidak boleh terpapar oleh kontak erat baru, hal itu ditujukan agar tercipta lingkungan yang mendukung dalam kesembuhan pasien. Kemudian, orang yang memberikan perawatan langsung kepada pasien harus menggunakan APD sesuai standar guna mencegah munculnya kontak erat baru.
“Kontak erat adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi Covid-19. Jadi batasi satu orang saja yang berinteraksi merawat pasien dan pilihlah orang yang sehat tanpa penyakit penyerta,” tuturnya.
Memaksimalkan Aktivitas di dalam Kamar Isolasi
Satu hal yang tidak kalah penting menurut Prof Djoko adalah membatasi aktivitas di luar kamar isolasi serta kurangi berbagi ruangan yang sama dengan anggota keluarga. Agar tidak mudah jenuh dan bosan, pasien dapat melakukan aktivitas sesuai hobinya seperti membaca buku, menulis, meditasi, dan lain-lain. Harapannya, lanjut Prof Djoko, hal tersebut dapat mengurangi stres dan mempercepat penyembuhan.
“Banyak aktivitas yang dapat dilakukan di dalam kamar isolasi, asal aktivitas tersebut tidak memerlukan banyak tenaga yang menyebabkan lamanya proses penyembuhan,” tandasnya.
Cek Saturasi Oksigen Secara Berkala
Oksimetri adalah alat yang digunakan untuk mengecek saturasi oksigen dalam tubuh, cara menggunakan alat tersebut yaitu dengan menjepitkan ibu jari selama satu menit. Nilai normal pemeriksaan adalah sekitar 96-100%, jika nilai saturasi oksigen dibawah angka tersebut maka menunjukkan adanya potensi hipoksia atau kekurangan oksigen.
“Alangkah baiknya pasien memiliki alat oksimetri sendiri, sehingga sewaktu-waktu dapat mengecek kadar oksigennya. Maka dari itu pasien dapat mengidentifikasi kondisinya secara rutin,” ungkapnya
Menerapkan Pola Hidup Sehat
Lebih lanjut Prof Djoko menerangkan bahwa pasien Covid-19 dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi serta suplemen vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan zink. Kemudian pasien juga diharuskan untuk tidur cukup dengan waktu 6-8 jam per hari, menghindari stres, minum obat sesuai anjuran dokter, dan selalu melaporkan perkembangan kondisi kepada dokter.
“Makanan yang baik untuk penderita Covid-19 adalah makanan sumber protein seperti telur, daging, ikan, dan kacang-kacangan. Selain itu dapat mengonsumsi makanan sumber vitamin dan mineral seperti buah, sayur, dan madu murni,” tutupnya.
Yanis
Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar