Anggota Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat Ahmad Hidayat / Foto: Humas DPRD Jabar
Kota Bandung, Beritainspiratif.com - Anggota Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat Ahmad Hidayat mengungkapkan, saat ini Jawa Barat kehilangan 100.000 petani produktif.
Hal tersebut terjadi akibat berkurangnya lahan karena alih fungsi lahan, sehingga para petani memilih untuk beralih profesi.
Ahmad menuturkan program petani milenial yang digagas Pemprov Jabar, bisa menjadi salah satu solusi regenerasi petani di Jawa Barat.
"Kurang lebih 100.000 petani di Jawa Barat ini hilang, ada yang meninggal, ada yang lahannya alih fungsi atau ada juga yang beralih profesi," katanya di Bandung, Kamis (29/7/2021).
Menurutnya, bila kondisi ini tidak segera diantisipasi, Jawa Barat akan menghadapi kelangkaan petani.
"Jadi tujuan program petani milenial ini selain regenerisasi, juga untuk ketahanan pangan, " ujarnya.
Baca Juga: KI Jabar: Rekomendasi Ombudsman RI untuk TWK KPK Harus Disikapi Bijak
Salain itu pihaknya juga menyoroti, beberapa hal teknis yang perlu diperbaiki sebagai upaya untuk mewujudkan program petani milenial yang lebih baik lagi kedepan.
“Kami komisi dua bersama-sama pemerintah provinsi perlu bekerja ekstra, karena memang menciptakan petani tinggal di desa rezeki kota itu bukan perkara mudah, ada kendala lahan dan sebagainya” ucap Ahmad.
Terkait dengan peresmian program petani milenial tanaman hias yang baru-baru ini diresmikan Ahmad menilai program tersebut dilakukan untuk mengejar keterbatasan lahan yang selama ini menjadi kendala.
"Lahan 2000 meter bisa menghasilkan penghasilan 4 juta sebulan bagi petani. Saya kira programnya sudah cukup baik untuk awal. Kedepan kita perlu perbaiki bersama-sama, " ucapnya.
Lebih lanjut Anggota DPRD Jabar dari Fraksi Partai Golkar tersebut menegaskan, regenerasi petani menjadi target utama untuk kembali meningkatkan ketahanan pangan di Jawa Barat.
“Sekarang kita targetnya meregenerasi petani dulu, membentuk mental petani. Karena berbicara bisnis di pertanian itu sulit, tidak mudah, dapat uangnya susah banyak tantangannya, setelah itu kita kejar ke target untuk ketahanan pangannya. Maka komoditi yang harus di dorong bukan lagi tanaman hias tapi komoditi komoditi yang bisa dimakan, ' pungkasnya.
(Ida)
Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar