Wali Kota Bandung Oded M. Danial dan rombongan saat melakukan ziarah ke makam pendiri dan para Bupati Bandung terdahulu, Kamis (23/9/2021) Foto: akun medsos@mang oded.
Kota Bandung, Beritainspiratif.com - Kota Bandung akan memperingati hari jadinya yang ke -211 pada tanggal 25 September 2021. Jelang Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) tersebut, Wali Kota Bandung, Oded M. Danial dan Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana melakukan ziarah ke makam pendiri dan para Bupati Bandung terdahulu, yang dilaksanakan pada Kamis (23/9/2021).
Hadir juga pada ziarah tersebut Ketua DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan serta Pimpinan Forkopimda dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna.
Baca Juga: Pemkot Bandung Kini Miliki 8 Sekolah Lansia di Kecamatan
Wali Kota Bandung Oded M. Danial beserta rombongan bergerak dari Pendopo menuju makam Raden Adipati Aria (R.A.A.) Wiranatakusumah II atau yang lebih dikenal sebagai Dalem Kaum pada pukul 08.00 pagi. Makam Wiranatakusumah II berada di kawasan Alun-Alun Kota Bandung tepatnya Jalan Dalem Kaum. Di sana juga terdapat Makam Nyi Rd. Kendran Bupati Bandung XV, Rd. Tumenggung Male Wiranatakusumah, dan Penghulu Kabupaten Bandung Rd. Moch Soleh.
Wali Kota Bandung beserta rombongan pada ziarah tersebut melakukan tabur bunga dan diakhiri dengan baca doa yang dipimpin langsung oleh Oded M. Danial.
"Dalam ajaran agama kita, selain kita dzikrul maut juga mari kita mendoakan mereka," ungkap Oded.
Tidak jauh dari lokasi makam tersebut, rombongan menuju Makam Rd. Tumenggung Wiranatakusumah III (1829-1846) atau yang berjuluk Dalem Karang Anyar yang berlokasi di Jalan Karang Anyar. Di tempat ini terdapat makam Pahlawan Nasional, Raden Dewi Sartika.
Baca Juga: BOR 12 Persen Kasus di Kota Bandung Menurun, Ema: Terus Jaga Momentum
Di sela-sela kegiatan, Oded mengingatkan bahwa sejatinya manusia akan kembali ke tanah. Maka itu melalui ziarah kubur, harus menjadi pengingat agar terus berlomba-lomba mencari kebaikan selama sisa hidup di dunia.
"Karena prinsipnya ziarah kubur itu bukan semata-mata pengingat kematian, tapi mengingatkan kita untuk terus memperbanyak amal," tuturnya.
Oded pun berharap, sebagai generasi penerus harus memiliki jiwa semangat yang sama dengan para terdahulu demi membangun Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera dan Agamis.
"Mudah-mudahan kita sebagai generasi penerus, generasi yang siap melanjutkan pembangunan Kota Bandung bisa mengambil pelajaran dari mereka-mereka yang sudah mendahului kita," katanya.
Usai ziarah, Oded dan Yana memberikan bantuan berupa sembako, vitamin, dan uang tunai kepada para penjaga dan pengurus Makam Dalam Kaum dan Makam Karang Anyar.
Baca Juga: 10 Tokoh Penggerak Koperasi di Kota Bandung Raih Penghargaan
R.A. Wiranatakusumah II, The Founding Father Kota Bandung
Bandung telah menjadi kota metropolitan dan berpenduduk heterogen. Dunia pun telah mengaku Kota Bandung sebagai smart city. Namun tak jarang sejumlah orang yang masih keliru soal Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Dikutip dari situs resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota Bandung itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri.
Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi dengan Bupati pertama Tumenggung Wirangunangun. Ia memerintah Kabupaten Bandung yang beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot), kira-kira 11 kilometer ke arah selatan dari pusat Kota Bandung sekarang.
Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati ke-6, yakni R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki "Dalem Kaum", kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni kepada Pemerintah Hindia Belanda, dengan Gubernur Jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811).
Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Poshweg) dari Anyer di ujung Jawa Barat ke Panarukan di ujung Jawa Timur (± 1000 kilometer). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.
Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya Pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di daerah Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jendral Sudirman – Jalan Asia Afrika - Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya.
Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui Surat Tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan Ibukota Kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari) mendekati Jalan Raya Pos.
Rupanya Daendels tidak mengetahui bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.
Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat Kota Bandung sekarang).
Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai pusat pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.
Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, Bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal ibukota baru. Mula-mula Bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir.
Selanjutnya pindah lagi ke Kampung Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang). Bupati memimpin sejumlah rakyatnya, termasuk penduduk Kampung Balubur Hilir, membuka hutan pada lahan bakal ibukota (daerah Cikapundung Hilir).
Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu dipimpin langsung oleh Bupati. Dengan kata lain Bupati R.A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (The Founding Father) Kota Bandung.
Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan besluit (surat kelulusan) tanggal 25 September 1810. Hal ini berarti, selama belum ditemukan sumber lain yang menunjukan fakta lebih akurat mengenai berdirinya Kota Bandung, maka 25 September 1810 dapat dipertanggungjawabkan validitasnya sebagai "Hari Jadi Kota Bandung".
(RV)
Baca Juga:
Inovatif, Kelola Sampah Jadi Listrik, Mahasiswa IPB Raih Juara Nasional
Pemkot Bandung dan Oded Raih Anugerah Humas Indonesia 2021
Hidup Damai Bersama COVID-19, Inilah 2 Kunci Utamanya
Inilah 4 Lokasi Mie Kocok Ter-enak di Kota Bandung
Guru Besar UGM: Minum Kopi Potensial Cegah Paparan Covid-19