Model drone untuk pengiriman logistik medis ketika diuji coba pada perhelatan HUT Kabupaten Sumenep ke-752, Senin (8/11/2021) / Foto: Humas ITS
Surabaya, Beritainspiratif.com - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Senin (8/11/2021) beberapa waktu lalu, bersama Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yakni Beehive Drones dan Tinc (Telkomsel Innovation Center) telah melakukan uji coba operasional pesawat tanpa awak (drone) untuk pengiriman kebutuhan medis antarpulau dan daerah terpencil di Kabupaten Sumenep.
Bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sumenep ke-752, uji coba yang menjadi atraksi pamungkas di penghujung acara ini menjadi aktivitas pertama pesawat tanpa awak yang mengirimkan suplai medis antarpulau serta daerah yang sulit terjangkau.
Baca Juga: Dosen UNAIR Raih Penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2021
Kegiatan uji coba ini sendiri lahir berkat dua kerja sama, yakni kerja sama Beehive Drones dengan Tinc dan kerja sama Beehive Drones dengan Departemen Teknik Transportasi Laut ITS. Dari kerja sama dengan ITS tersebut, diajukanlah proposal penelitian berjudul Rancangan Sistem Operasional Pesawat tanpa Awak Antarpulau dan Daerah Terpencil untuk Last-Mile Delivery.
Proposal itulah yang di kemudian hari mendapatkan persetujuan dalam Program Matching Fund Gelombang IV Tahun 2021 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep.
Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MScEng PhD menyampaikan, dirinya bangga karena Beehive Drones melalui perusahaannya PT Aero Global Inovasi (AGI) merupakan salah satu start-up bidang teknologi transportasi di bawah binaan STP kluster Inovasi Kemaritiman ITS.
“Hal ini menunjukkan keberhasilan pembinaan start-up untuk menghasilkan produk teknologi baru yang bermanfaat bagi masyarakat,” jelasnya.
Baca Juga: Pakar UGM Sebut 4 Faktor Penyebab Kecelakaan di Jalan Tol
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Beehive Drones Albertus Gian Dessayes mengatakan, drone adalah jawaban praktis atas permasalahan last-mile delivery dalam dunia distribusi logistik. Dengan solusi ini, maka distribusi logistik dengan transportasi konvensional dapat lebih terbantu, karena drone menawarkan kecepatan waktu serta kepraktisan sistem distribusi logistik.
Alumnus Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini menjelaskan, Kabupaten Sumenep merupakan wilayah yang terdiri dari daratan dan sejumlah pulau kecil di Pulau Madura. Kabupaten Sumenep sendiri mengandalkan moda transportasi laut untuk berbagai aktivitas mobilitas dan distribusi.
“Atas alasan tersebut, kami berpikir untuk memadukan drone logistik medis ini dengan kapal laut dalam alur logistik last-mile delivery,” imbuhnya.
Dari situlah, Beehive Drones memutuskan untuk menjalin kolaborasi dengan Departemen Teknik Transportasi Laut ITS. Lelaki yang akrab disapa Gian ini menerangkan, ITS sebagai kampus maritim terbaik dianggap memiliki pemahaman yang lebih mumpuni mengenai moda transportasi laut.
Sejalan dengan Gian, Ketua tim peneliti dari ITS Ir Tri Achmadi PhD memaparkan, penggunaan drone dapat memperluas layanan transportasi laut beyond port. Lanjutnya, drone ini dapat difungsikan untuk tahap ruas pengiriman akhir langsung ke konsumen atau biasa disebut sebagai last-mile delivery untuk kebutuhan logistik dari kapal yang memiliki kemampuan mengangkut drone.
Manajer STP Kluster Inovasi Kemaritiman ITS ini memaparkan, drone ini akan memudahkan sistem logistik barang antarpulau tanpa mengharuskan kapal merapat di pelabuhan, disambung dengan pengiriman darat menggunakan truk.
“Di sini kita menghemat last-mile delivery, jadi konsepnya seperti aircraft carrier namun kita membawa drone,” papar dosen Departemen Teknik Transportasi Laut ini.
Tri menjelaskan, STP Kluster Inovasi Kemaritiman ITS dalam hal ini bertugas untuk mendesain sistem pengoperasian logistik melalui transportasi laut. Dalam uji coba tersebut, lanjutnya, sistem yang telah dirancang terbukti berhasil mengatasi pengoperasian multiple drone yang melakukan aktivitas bolak balik dari kapal.
Untuk kemampuannya sendiri, Tri mengatakan bahwa drone logistik medis ini dapat terbang dengan kecepatan 70-100 kilometer per jam. Sementara itu, drone ini memiliki jarak terbang sampai 50 kilometer sekaligus membawa beban dengan berat maksimum 2 kilogram. “Total kita menargetkan akan dapat membawa logistik seberat 10 kilogram dengan lima drone,” terangnya.
Selain itu, Tri mengapresiasi pencapaian layanan drone logistik medis ini yang berhasil menjadi layanan drone pertama di Indonesia yang mendapatkan izin resmi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
“Ke depan, kami menargetkan pada semester pertama tahun 2022 drone ini sudah dapat beroperasi penuh di Kabupaten Sumenep,” tandasnya.
Di akhir, Tri berharap drone ini dapat mempercepat penetrasi vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Sumenep. Di sisi lain, pihaknya akan terus berusaha untuk mengembangkan teknologi dan sistem yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan manfaatnya.
“Pada intinya, dari uji coba kemarin sudah terbuka peluang penggunaan drone ini untuk mengirimkan bahan yang small, essential, dan urgent,” pungkasnya di laman resmi ITS.
(IST)
Baca Juga:
DLHK Kota Bandung: Momentum Tidak Bergantung Kepada TPA Sarimukti
Rekor MURI, Jembatan Gantung Pertama Hubungkan Dua Provinsi Jabar dan Jateng
Sirkuit Mandalika Diresmikan, Presiden Jokowi Jajal Naik Motor Sendiri
Dosen SBM ITB Luncurkan Buku Manajemen Risiko untuk Startup
Pemkot Bandung Sebar 500 Wifi Gratis untuk Balai RW, Masjid dan Taman
Berbasis Web, Kota Bandung Miliki Peta Batas Wilayah Hingga Tingkat RT