Rektor UPI Prof. Dr H. M Solehuddin saat mengukuhkan 7 guru besar baru di gedung Achmad Sanusi, Kampus UPI Bumi Siliwangi jalan Setiabudhi kota Bandung, pada hari Selasa dan Rabu (23-24/11/2021) / Foto: dok. UPI
Bandung, Beritainspiratif.com - Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengukuhkan 7 guru besar baru yang digelar dalam dua tahapan yakni pada hari Selasa dan Rabu (23-24/11/2021), bertempat di gedung Achmad Sanusi, Kampus UPI Bumi Siliwangi Jalan Setiabudhi Kota Bandung.
Upacara pengukuhan dilakukan dengan menetapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiarkan melalui TVUPI Digital https://www.youtube.com/c/TVUPIDIGITAL
Pada hari pertama, Prof. Dr H. M Solehuddin mengukuhkan tiga guru besar, yakni Prof. Dadang Dahlan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Ekonomi, Prof. Wahyu Sopandi sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Kimia, dan Prof Ratnaningsih Eko Sardjono sebagai Guru Besar Bidang Kimia Organik.
Dalam pidatonya Rektor berharap ketiga pakar yang kini menduduki jabatan tertinggi akademik ini, dapat menjaga marwah keahlian (expertis) dimasa-masa sebelum pensiun.
"Tunjukkan keahlian dibidangnya masing-masing, insyaallah suatu saat nanti memberikan manfaat yang luar biasa, " ucap Rektor.
Rektor juga menyambut baik atas gagasan para guru besar dan menerima tantangan untuk mengembangkan hasil riset para pakar tersebut.
Baca Juga: Panglima TNI Sowan ke Kapolri, Bahas Sinergitas TNI-Polri
Riset tentang obat herbal hasil Prof. Ratnaningsih yang disampaikan pada pidato pengukuhan, mendapat sorotan Ketua Dewan Guru Besar UPI Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si.
Dia mengatakan memiliki mimpi untuk mengembangkan penemuan obat nano herbal dari Mucuna Pruriens di UPI.
“Saya memiliki mimpi dan memohon, bagaimana kalau pidato yang sangat inspiratif dari Prof. Wahyu tentang model RADEC, dan pidato yang sangat imajinatif sekaligus membangkitkan mimpi dari Prof. Ratna kita kembangkan di sini,” tutur Karim.
Menurut Karim, dengan mengembangkan temuan tentang Mucuna Pruriens ini di UPI, akan meningkatkan pendapatan universitas dan juga mendekatkan UPI pada masyarakat.
“Bukan hanya akan meningkatkan income universitas, tetapi juga mendekatkan kita pada masyarakat dengan jawaban konkrit atas kebutuhan akan obat herbal untuk meningkatkan kebahagiaan, kecerdasan, dan obat kuat,” tuturnya.
Baca Juga: 7 Guru Besar UPI Bandung Dikukuhkan
Hasil riset Prof. Ratnaningsih yang dituangkan dalam pidato pengukuhannya berjudul Magic Velvet Beans, ia melakukan riset tentang pengembangan obat nano herbal dari Mucuna Pruriens.
Ratnaningsih menuturkan Velvet beans (kacang beludru atau tempe benguk atau Mucuna pruriens), memiliki manfaat medis dan telah dimanfaatkan secara tradisional sejak ratusan tahun lalu.
Dari hasil penelitiannya, akar kacang beludru bersifat termogenik, anthelmintik, diuretik, dan dapat menurunkan demam. Selain itu, daunnya pun dapat menyembuhkan peradangan.
Yang paling utama, kacang beludru ini diyakini dapat mengatasi gejala penyakit parkinson.
Hal itu menurut Ratnaningsih telah dibuktikan melalui uji farmakologi oleh berbagai peneliti.
"Oleh karena itu, kacang beludru dapat dikatakan kacang ajaib yang berperan penting dalam banyak aspek hidup. Pada yang mengalami gangguan defisien dopamine, kacang beludru dapat menjadi alternatif untuk memperbaikinya," katanya.
Sementara itu Prof Dadang Dahlan dalam pidato ilmiahnya mengambil tema Pedagogi Ekonomi dari Perspektif Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi di Sekolah Menengah Atas.
Menurut Dadang di abad ke-21 ini masyarakat menghadapi masalah dalam memutuskan bagaimana mengalokasikan pendapatan mereka.
"Untuk dapat melakukan pilihan secara cerdas, diperlukan literasi ekonomi dan kemampuan untuk mengambil keputusan," katanya.
Maka dari itu, menurutnya kini diperlukan pedagogi ekonomi yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pedagogi yang dimaksud adalah pedagogi praktis (practical pedagogy) atau pedagogi produktif, yang kajiannya antara lain mencakup perencanaan pembelajaran; model/strategi/metode pembelajaran; evaluasi pembelajaran.
Sedangkan Prof Wahyu Sopandi dalam pidato ilmiahnya, mengambil judul Mewujudkan Pembelajaran Kimia Ideal Berwawasan Global Berbasis Kearifan Nasional Melalui R-A-D-E-C Wahyu menyebutkan ada sejumlah hambatan dalam metode pembelajaran kimia bagi peserta didik, mulai dari kurang intensnya pembelajaran hingga menurunnya minat peserta didik.
Menurutnya, belajar kimia harus meliputi level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Salah satu cara yang dapat dipilih untuk membelajarkan peserta didik mengenai ketiga level tersebut, adalah dengan pertama-tama menunjukkan fenomena.
"Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dalam rangka pendidikan, perlu disesuaikan dengan perkembangan jaman. Apa yang diperlukan sekarang dan masa yang akan datang dalam kehidupan peserta didik, perlu dibekalkan pada mereka," kata Wahyu.
(Adi)
Baca Juga:
Menko Perekonomian akan Buka Acara Puncak IDC AMSI 2021
Upah Minimum Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 Naik Rp31.135
Inilah 36 Kabupaten/Kota SEHAT Peraih Penghargaan dari Kemenkes
Survey IPRC: Ada Peluang Tahun 2023 Jabar Dipimpin Gubernur Perempuan
Mantap, Jalan Tol dan Jalur Kereta ke Pelabuhan Patimban Segera Tersambung
10 Ormas di Jabar Raih Penghargaan pada Ajang 'Ormas Day 2021 #1'