Ilustrasi / Foto: Istimewa
BERITAINSPIRATIF.COM - Dr Rachmat Pambudy, Dosen IPB University dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) ungkap faktor penyebab naiknya harga telur di pasaran. Menurut Pakar Agribisnis IPB University ini, meningkatnya permintaan konsumen menjelang libur Natal dan Tahun Baru menjadi salah satu sebabnya.
“Hal ini terjadi hampir setiap tahun. Pernah satu waktu, telur ras itu jatuh (harganya) disebabkan oleh banyaknya usaha baru di sektor peternakan ayam ras petelur. Karena tidak adanya pengendalian produksi, pernah terjadi kekurangan stok telur yang disebabkan oleh penurunan populasi ayam petelur di Kabupaten Blitar Jawa Timur,” ungkapnya di laman IPB University..
Baca Juga: BURUAN ! Dijual Murah, 1 Unit Apartemen Dekat Kampus UGM Yogyakarta
Jadi, lanjutnya, peningkatan permintaan konsumen akan berdampak pada peningkatan harga telur. Selain itu, distribusinya juga masih cukup panjang, tidak langsung ke konsumen.
“Dan faktor lainnya adalah telur menjadi salah satu produk yang dibagikan oleh pemerintah dalam program bantuan sosial ke masyarakat selama masa pandemi,” jelasnya.
Baca Juga: Rel Kereta Api Layang Terpanjang di Indonesia Dibangun di Solo
Oleh karena itu, menurutnya, yang bertanggung jawab atas kenaikan harga telur itu berbeda-beda. Kadang kenaikan harga terjadi karena pasar yang mengendalikan atau adanya instruksi harga yang dikendalikan oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perekonomian.
“Agar tidak terjadi kerugian besar terhadap beberapa pihak, sebaiknya memang stabilitas harga diatur oleh pemerintah. Saat tinggi, pemerintah bisa menjaga dan ketika harga rendah, pemerintah bisa menopang. Karena proses untuk sampai ke konsumen itu perlu proses yang panjang,” imbuhnya.
Kadang, katanya, yang terjadi justru para peternak tidak mendapat keuntungan besar. Untuk itu, sebagai upaya untuk mengatasi gejolak harga, pemerintah perlu melakukan pendataan produksi yang baik.
“Perlu mencatat hasil produksi yang baik dan ada mekanisme penentuan harga. Selain itu, harus ada badan penyangga seperti Bulog serta adanya tindakan yang kongkrit agar bisa dievaluasi regulasinya mengenai prediksi dan pengadaan kebutuhan bibit ayam petelur. Selain itu, bisa dievaluasi juga regulasi tentang larangan penjualan hatching egg ayam negeri agar tidak sampai ke konsumen,” tandasnya.
(AA)
Baca Juga:
BURUAN ! Dijual Murah, 1 Unit Apartemen Dekat Kampus UGM Yogyakarta
AYO Ikuti Festival Pop Singer Piala Wali Kota Bandung, GRATIS! Dibuka Hingga 18 Januari 2022
Mau Latihan Band Gratis di Kota Bandung Kunjungi 'Bandung Creative Hub'
Daftar Terbaru PPKM Level 1-3 di Jawa dan Bali, Berlaku Hingga 17 Januari
H Sariban Warga Teladan Kota Bandung, Keliling Bersepedah Pungut Sampah
Begini Kriteria Penerima Vaksinasi Dosis 3 atau Booster