BERITAINSPIRATIF.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan gempa M 5,6 yang terjadi di Cianjur, Senin (21/11) merupakan gempa tektonik yang dipicu oleh gerak sesar Cimandiri.

Berdasarkan penelitian Teknik Geologi Universitas Padjadjaran pada 2017, sesar Cimandiri merupakan sesar tua yang terbentuk selama berlangsungnya orogenesa tahap II, yaitu pada waktu Akhir Eosen Tengah.

"Sesar ini terus aktif hingga menyebabkan terbentuknya tinggian purba (paleo hight) antara Lembah Ciletuh dan Lembah Cimandiri," kata Iyan Haryanto salah satu penulis jurnal,dikutip dari CNNIndonesia.

Baca Juga: Wali Kota Bandung Prihatin Gempa di Cianjur, Yana Siapkan Bantuan

Ia menjelaskan sesar Cimandiri terdiri atas dua sesar regional, yang pertama sebagai sesar naik yang dicirikan oleh deformasi lipatan batuan yang umumnya tegak, dan sebagai sesar normal yang dicirikan dengan terbentuknya gawir sesar dengan kemiringan di atas 50 derajat bahkan di beberapa lokasi mendekati vertikal.

Di samping itu dalam jurnal Universitas Gadjah Mada yang ditulis oleh Muhammad Adis S W pada 2018, sesar Cimandiri merupakan sesar aktif di Jawa Barat dengan arah orientasi timur laut barat daya.

Muhammad menjelaskan sesar ini telah menyebabkan beberapa gempa bumi seperti Gempa Pelabuhan Ratu (1900), Gempa Padalarang (1910), Gempa Conggeang (1948), Gempa Tanjungsari (1972), Gempa Cibadak (1973), Gempa Gandasoli (1982) dan Gempa Sukabumi (2001).

"Meskipun telah terjadi banyak gempa di sekitar Sesar Cimandiri ini tetapi karakteristik dari sesar ini masih menjadi perdebatan ahli kebumian," kata dia dalam jurnal.

Baca Juga: Tinjau Gempa Cianjur, Gubernur Jabar Pastikan Korban Tertangani Maksimal

Sementara itu, Eddy Zulkarnaini Gaffar, peneliti Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dalam studinya 'Deformasi Kerak Bumi Segmen-Segmen Sesar Cimandiri' (2006) mengungkapkan Sesar Cimandiri terdiri dari beberapa segmen.

"Penelitian terinci daerah sesar Cimandiri muara sungai Citarik yang merupakan bukti tektonik yang paling muda dan interpretasi foto udara daerah Pelabuhan Ratu sampai Padalarang. Interpretasi Foto Udara digunakan untuk penentuan kelurusan zona sesar Cimandiri," ucapnya, dikutip dari situs LIPI, yang kini jadi bagian BRIN.

"Sesar Cimandiri dapat dibagi menjadi beberapa segmen mulai dari Pelabuhan Ratu (Banten) sampai Padalarang (Kab. Bandung Barat)," lanjut dia.

Segmen-segmen sesar Cimandiri tersebut adalah segmen sesar Cimandiri Pelabuhan Ratu (Banten)-Citarik (Sukabumi), Citarik Cadasmalang (Sukabumi), Ciceureum-Cirampo (Sukabumi), Cirampo-Pangleseran (Sukabumi), Pangleseran (Sukabumi)-Cibeber (Cianjur), dan beberapa segmen Cibeber sampai Padalarang (Kab. Bandung Barat).

"Serta segmen Padalarang Tangkuban Perahu yang dapat diamati sebagai lembah sungai yang berarah hampir timur-barat dan membelok ke arah timur laut mulai dari Cibeber ke arah timur," kata Eddy.

Baca Juga:

-Batas Usia Petugas KPPS Pemilu 2024 Maksimum 55 Tahun

-Pemkot Bandung Buka Penerimaan 1.261 Calon ASN Tenaga Teknis Tahun 2022

-9 Pelaku Usaha Terbaik di Kota Bandung Raih Penghargaan UMKM Award 2022

-Heboh, Bunga Bangkai Tumbuh di Galengan Sawah di Kota Bandung

Analisa struktur geologi pun memperlihatkan bahwa ada beberapa gaya kompresi, yaitu berarah U3l 2°T, U28°T dan U72°T.

Eddy juga mengungkap Sesar Cimandiri berpotongan dengan sesar lain. Sesar yang berarah barat-timur dipotong oleh sesar yang berarah timur laut-barat daya. Sesar yang berarah timur laut-barat daya tersebut merupakan lajur sesar yang berumur relatif lebih muda dari sesar utama Cimahdiri.

Di antara lajur sesar yang berarah timur laut-barat daya adalah lajur sesar Citarik yang kemungkinan menerus sampai ke wilayah Bogor dan Jakarta.

Baca Juga: Bukan Sesar Cimandiri, Ahli Unpad Ungkap Penyebab Lain Gempa Cianjur

Di samping itu, lajur sesar Cibadak melalui lokasi daerah longsor Warungkiara menerus sampai kota Cibadak dan desa Nagrak yang pernah dilanda gempa pada 2002.

"Apabila terjadi gempabumi pada lajur sesar ini akan merusak daerah yang labil tersebut," ungkap dia.

Dalam penelitian terpisah, Muhammad Adis S. W. pada 2018, Sesar Cimandiri telah menyebabkan beberapa gempabumi seperti Gempa Pelabuhan Ratu (1900), Gempa Padalarang (1910), Gempa Conggeang (1948), Gempa Tanjungsari (1972), Gempa Cibadak (1973), Gempa Gandasoli (1982) dan Gempa Sukabumi (2001).

"Meskipun telah terjadi banyak gempa di sekitar Sesar Cimandiri ini tetapi karakteristik dari sesar ini masih menjadi perdebatan ahli kebumian," kata dia dalam jurnal yang diterbitkan Universitas Padjadjaran (Unpad).

(Yanis) 

Baca Juga: 

-TONTON VIDEO-VIDEO BERITAINSPIRATIF   

-Tilang Manual Dihapus, Beginilah Proses Tilang ETLE dan Cara Bayar Dendanya

-Luar Biasa! Ketua RT di Sragen Diberikan Fasilitas Rumah Dinas

-Pendaftaran PPPK Guru 2022 Dibuka, 3 Kelompok Ini Diprioritaskan

-Bantaran Sungai Cibodas Disulap Jadi RC Circuit Berskala Nasional