Bandung, Beritainspiratif.com -Devania Syahla Almira (8), anak kecil yang mampu mencapai puncak gunung tinggi di Indonesia. Sedikitnya 9 gunung disambangi Caca, panggilan akrabnya, sejak usia 4,5 tahun.

Adalah kedua orangtuanya, Asep Rustana (34)-Nuni Fitria (30) yang mengenalkan gunung kepada Caca. Bermula dari kekhawatiran meninggalkan anak tunggal mereka saat hendak mendaki gunung sehingga akhirnya membawa Caca ke Gunung Ciremai sekitar tahun 2014.

"Sampai di puncak Gunung Ciremai, Caca takjub melihat awan. Dari situ mulai ketagihan," ujar Nuni, Senin, 21 Mei 2018 seperti dilansir Pikiran Rakyat.

Setelah Ciremai, kaki-kaki lincah Caca yang lahir di Cimahi, 6 April 2010 itu kembali menjelajah ke Gunung Guntur, Gunung Cikuray, Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Gede, Gunung Burangrang, Gunung Putri.

Terakhir, Gunung Rinjani pada 6-12 Mei 2018 lalu berhasil ditempuh sebagai puncak gunung tertinggi yang dicapai Caca.

Siswa SDN Cimahi Mandiri 1 itu mendaki dengan cara berjalan kaki sendiri. "Kami enggak pernah bawa naik dengan cara digendong, tas carier saja sudah berat. Dia berjalan sendiri, memang jalannya cepat. Apalagi kalau sudah turun, bisa-bisa kita kehilangan dia saking cepatnya. Jago turunan," ucap warga Jalan Sukarasa Kel. Citeureup Kec. Cimahi Utara itu.

Mereka hanya menggendong Caca jika sudah kelelahan. "Kalau dari pagi sampai petang jalan kaki kuat, memasuki malam dia sudah capek dan ngantuk. Digendong dulu sebentar sambil ayahnya cari tempat untuk istirahat. Tidak lama, paling 30 menit supaya fresh aja karena kalau di gunung harus terus bergerak supaya enggak kedinginan," katanya.

Sebelum mencapai puncak Rinjani sekitar pukul 4.00 WIB, Caca sempat drop. "Dia tidur kayak pingsan digerakkan diam saja, takutnya kenapa. Ternyata cuma terlalu lelah," ungkapnya.

Beberapa kali mendaki gunung, Caca mengalami muntah saat hendak mencapai puncak. "Mungkin penyesuaian kondisi tubuh dengan udara setempat, atau terlalu memaksa jalan terus. Setelah itu plong, makan lagi dan langsung tancap gas," imbuhnya.

Meski demikian, mereka tak trauma. "Karena anaknya memang mau. Malah sudah ada rencana ke Kerinci, dia yang menantang. Sekarang rehat dulu lihat fisik anak," ungkapnya.

Persiapan ekstra

Menurut Asep, membawa anak saat mendaki gunung butuh persiapan. Bukan hanya perbekalan dan perlengkapan saja, tapi secara fisik dipastikan sehat dan kesiapan mental sangat diperlukan.

"Perhatikan faktor keselamatan, pakaikan pakaian berupa jaket sarung tangan sepatu yang standar untuk mendaki karena mendukung gerak di lapangan. Orangtua juga harus paham teknik mendaki gunung, ajarkan kepada anak sambil berjalan. Bukan sekedar jalan saja," katanya.

Obat-obatan khusus anak juga tidak lupa harus tersedia. "Perbekalan anak terutama camilannya harus bawa, membantu meningkatkan mood anak," ucapnya.

Caca tak luput dari rasa bosan dan mengeluh capek selama di perjalanan. "Kami terus motivasi biar semangat lagi, malah dia sering jadi motivasi orang lain yang kita temui di gunung. Anak kecil aja mampu, masak kamu enggak," katanya.

Tak ada target waktu tempuh sampai ke puncak, namun tiap tahapan perlu dinikmati. "Naik gunung membuat jadi banyak tahu, termasuk buat anak-anak. Bisa menikmati keindahan alam, lebih menghargai lingkungan sekeliling, kenal kebudayaan daerah dan warga setempat, termasuk mengalihkan keinginan anak bermain gadget," tuturnya.

Orangtua lain bisa membawa serta anak menjalani hobi tersebut. "Harus tahu kondisi dan kemampuan anak. Jangan dipaksakan kecuali paham pendakian dan perhatikan keselamatan. Awalnya saya hobi naik gunung lama-lama jadi sekeluarga, itung-itung liburan," ungkapnya.

Caca mengaku ingin terus naik gunung setelah pertama kali menyambangi Ciremai. "Pas naik ke puncak dan melihat hamparan awan. Cape sih, tapi seru," ujarnya.

Apalagi, saat di Rinjani juga terdapat danau. "Lihat pemandangan bagus. Ada ayunan juga, tapi takut," katanya.

Camilan yang tak boleh ketinggalan terutama snack rumput laut kering. "Selalu bawa, nambah tenaga kalau makan rumput laut. Sama bawa coklat juga," ucapnya.

Dia juga kerap membawa mainan atau boneka saat mendaki. Usia kanak-kanak tak luput dari kebiasaan bermain. "Bawa boneka, suka Rapunzel, Little Pony. Nanti kalau istirahat atau di puncak main dulu sama daun, batu, ranting. Perjalanan jadi tidak terasa, senang aja," ungkapnya.

(Kaka)

Foto: Pikiran Rakyat