- Pendidikan
- 08 Dec 2024
Beritainspiratif.com - Pasangan muda penjual nasi pingir jalan, lebih dikenal dengan Warteg (Warung Tegal).
Ditangan mereka hanya ada uang 1 juta rupiah.
Uang itu seharusnya dipakai untuk membayar sewa kontrakan rumah mereka. Namun Si suami begitu semangat ingin menyedekahkan uang itu.
“Kita sedekahkan saja uang kontrakan itu Bu”. Kata Si suami “Kita bakalan dibalas Alloh minimal 10 kali lipat,” Begitu Si suami melanjutkan.”
“Tapi ini tinggal uang buat kita bayar kontrakan lho Pak” Sahut istrinya.
Dari Amalanonhand.blogspot.com disebutkan
Istrinya deg-degan juga, dengan melepas uang 1 juta rupiah itu, mana tahu nanti malahan apes.
Kalau sampai tidak balik lagi uang 1 juta itu, mereka pasti akan diusir si empunya kontrakan.
“Mau tidur dimana nanti?” Begitu kegelisahan si istri terhadap keberadaan uang 1 juta rupiah yang telah diniatkan Si suami.
Tetapi Si suami tetap bersikukuh untuk menyedekahkan uang 1 juta itu.
Singkat cerita uang 1 juta itu kemudian mereka sedekahkan.
“Mudah-mudahan Alloh SWT akan mengganti uang kontrakan ini dengan yang lebih baik.
Apabila memang uang ini akan berarti bagi yang lebih membutuhkan.
Mungkin bulan depan kita sudah pindah ke rumah gedong itu” Tunjuk si suami kearah rumah gedung yang memang ada tulisannya “Dijual, hubungi no Hp 0811xxxxxxx” dengan penuh optimis.
Dari sinilah kini suami istri itu setiap hari menunggu perubahan yang akan terjadi.
Satu hari, dua hari belum ada perubahan mendasar terhadap kehidupan rumah tangganya.
Seminggu, dua minggu dan masuk minggu ke empat pasangan ini sudah mulai gelisah.
Begitulah tabiat dasar manusia, semuanya menginginkan hasil cepat dan sekali jadi.
Hari ini menanam besok maunya langsung panen. Tapi bukankah semuanya butuh proses?
Dalam kondisi seperti ini pasangan tersebut mulai belajar apa artinya sabar.
Alloh SWT tidak pernah mengingkari janjinya, karena memang tidak mungkin dan tidak patut bagi sifat Alloh yang Maha Pengasih dan Penyayang, kita saja yang tidak pernah bersabar dengan apa artinya sabar.
Menjelang akhir bulan, datang utusan dari sebuah perusahaan yang sedang ditimpa masalah internal, utusan itu menemui pemilik warung tersebut menawarkan suatu kontrak untuk menyuplai nasi bungkus dalam jumlah besar.
Tidak ada angin tidak ada hujan, seumur hidup belum pernah kepikiran akan mendapatkan orderan sebesar itu.
“Bapak sanggup nggak? kalau enggak sanggup, kami akan mencari orang lain. Ini tawaran besar. kalau bapak sanggup kami akan membuat kontrak.”
“Memangnya, bapak pesan berapa bungkus?” tanya penjual nasi dengan penuh tanda anya. Dia bertanya seperti itu karena biasanya pesanan dari persusahaan yang ada di dekat warung itu cuma pesan beberapa ratus bungkus saja.
“15 ribu bungkus sehari tiga kali makan. Nasi sebanyak itu untuk pengungsi yang menjadi tanggungan kami. Bagaimana? Bapak sanggup?”
“Sanggup” Entah dari mana datangnya tenaga menganggukan kepala, tahu-tahu seperti ada yang menggerakan kepala untuk mengangguk begitu saja. Dari anggukan kepala itulah pemilik warteg itu mendapatkan keuntungan yang luar biasa.
Hitungan kasar 15000 X 3000 X 3 = Rp 1,35 miliar.
Awal bulan berikutnya mereka sudah pindah ke rumah gedung yang dahulunya hanya di angan-angan, kini rumah gedung itu sudah atas nama penjual nasi itu.
Subahanalloh (Yanis)