Refleksi Akhir Tahun : “Citarum Harum” Jihad Lingkungan Kita Bersama !



Bandung, Beritainspiratif.com - Bumi dan alam Jawa Barat adalah tempat yang luar biasa indah Allah berikan kepada manusia. Bahkan indahnya Parahyangan, terucap dalam ungkapan penyair Mesir : “Allah ciptakan saat Tuhan tersenyum”.

Bumi dan alam sejatinya harus kita maknai sebagai rumah. Rumah tempat berteduh, istirahat dan beribadah. Namun rasanya kita belum memperlakukan rumah kita dengan rasa cinta dan hormat, bahkan lebih dari itu cenderung hanya menjadi objek eksploitatif semata.

Hampir sebagian besar masyarakat bahkan para pengusaha memperlakukan sungai adalah beranda belakang rumah, bukan beranda depan. Sehingga sungai dapat dijadikan tempat pembuangan limbah yang kotor bahkan berbahaya.

Sungai Citarum yang memiliki nilai historis, peradaban bahkan menjadi urat nadi kehidupan jutaan masyarakat Jabar dan DKI, sumber tiga pembangkit listrik tenaga air mendapat predikat Sungai yang dikategorikan sebagai salah satu sungai tercemar dan tekotor di dunia ini yang terjadi akibat ulah manusia itu sendiri.

Maka diperlukan jihad kita semua untuk membangun harmoni, bergandengan tangan bersinergi merawat sungai dan sumber daya alam lainnya. Merawat dan menjaga sumber daya alam alam, hakekatnya adalah bagian penting menjaga NKRI.

Dr. Eki Baihaki, M.Si Ketua Citarum Institute mengungkapkan bahwa hampir satu tahun berjalannya Program Citarum Harum, terlepas dari kekurangan yang ada, kita harus syukuri dan apresiasi pada pihak yang menginisiasi, konseptor dan para pejuang dari unsur pemerintah, TNI dan masyarakat yang telah menumbuhkan optimisme baru. Bahkan telah menghidupkan kesadaran (awareness) akan pentingnya merawat sungai dan lingkungan, ungkapnya dari rilis yang diterima Beritainspiratif.com, Selasa, (1/1/2019).

Telah tumbuh kebersamaan dalam visi dan aksi antar seluruh komponen masyarakat, akademisi, pegiat lingkungan, agamawan, budayawan dalam melaksanakan program bersama. Dan tinggal dikembangkan hadirnya komitmen manajemen program yang didasari spirit penjaminan mutu (continous improvement) spirit untuk senantiasa menghadirkan evaluasi perbaikan, penyempurnaan dari langkah langkah program sebelumnya. Tanpa harus menghilangkan peran peran sebelumnya yang positif.

Secara objektif sebelum hadirnya program Citarum Harum, aura pesimisme lebih menyelimuti ihtiar untuk memperbaiki sungai Citarum. Mengingat kompleksitas masalah Citarum demikian terstruktur, sistimatis bahkan massif. Seperti mengurai benang kusut saja: Tak tahu dari mana harus memulai, bagaimana harus memulai, siapa yang harus memulai, dengan cara apa harus memulai.

Optimisme baru mulai terbit untuk membenahi sungai Citarum dengan hadirnya Program Citarum Harum yang secara normative diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum.

Tiga Tantangan Bersama
Dikatakan lebih lanjut bahwa dari perspektif manajemen untuk keberhasilan program Citarum Harum tentu diperlukan kesungguhan dengan melakukan perubahan besar terkait aspek regulasi, struktural dan tentu aspek kultural dalam program yang komprehensif, ujar Eki.

Aspek regulasi yang menjadi payung hukum program Citarum Harum yaitu Perpres 15 tahun 2018, telah menjadikan landasan hukum yang kokoh untuk semua pihak bergerak. Yang rintisannya sudah dimulai sejak bulan November 2017, yang digagas oleh Mayjen Doni Monardo saat menjadi Pangdam III Siliwangi.

Hadirnya Perpres nomor 15 tahun 2018, menjadikan upaya penataan termasuk penegakan hukum mulai berjalan yang semula dikesankan berjalan mandul dikarenakan aturan hukum yang ada masih belum menjadi rujukan yang kuat untuk menjerat para penjahat lingkungan selain upaya penegakan hukum itu sendiri yang terkesan kurang optimal.

Meski buka bidangnya Prajurit TNI dari Kodam III Siliwangi, yang terjun langsung turun ke lapangan, mengecek instalasi pembuangan limbah milik perusahaan dan pabrik. Perusahaan nakal pun diperingatkan, bahkan hingga dicor semen dan blokade pembuangan limbahnya, untuk yang masih membandel.

Sebagai sebuah strategi awal shock terapi bagi upaya penegakan dan membangun kesadaran hukum adalah efektif. Namun kedepan membangun kesadaran dan pranata hukum masyarakat untuk tidak merusak lingkungan adalah hal utama yang harus kita bangun bersama.

Aspek Struktural, diwujudkan dengan hadirnya satu Kesatuan Komando untuk menyempurnakan program Citarum sebelumnya yang telah digagas oleh para pemegang kebijakan dahulu yang masih sektoral.

Kompleksnya permasalahan di Ciitarum membutuhkan pendekatan, pola dan strategi baru dalam penyelesaian permasalahan. Pengalaman hampir dua dekade menjadi bukti bahwa pendekatan sektoral tak akan dapat berhasil.Aliran Citarum dibagi menjadi 22 sektor komando, dengan setiap sektor koordinasinya dipimpin oleh perwira berpangkat kolonel.

Juga turut dilibatkan secara aktif berbagai pihak; termasuk lembaga,kementerian, akademisi, mahasiswa, komunitas, ulama, budayawan, media dan aktivis. Dan secara masif perguruan tinggi menerjunkan mahasiswanya dan dosen melalui kegiatan penelitian dan pengabdian.

Aspek kultural, atau budaya adalah hal tersulit karena terkait perilaku budaya tertib dan bersih dari masyarakat bahkan perilaku dunia industri yang masih menjadi penyumbang masalah terbesar pencemaran Citarum.

Hal terpenting dalam pendekatan ini adalah memandang masyarakat sebagai subjek dan bukan objek dalam upaya merubah kultur masyarakat agar mampu tertib untuk tidak merusak lingkungan.

Harapan Bersama
Program Citarum Harum memerlukan kesungguhan dan komitmen dari semua pihak. Genderang perang yang telah ditabuh Pangdam III Siliwangi, sejak hadirnya Program Citarum Harum terhadap perusakan sungai Citarum hakekatnya adalah perang kita semua melawan perusakan sungai Citarum dan lingkungan alam umumnya.

Mari kita rawat fondasi niat baik, pondasi kearifan, pondasi regulasi, pondasi kerjasama, pondasi harmoni, pondasi program yang sudah terbentuk untuk dijaga dari mengutamakan kepentingan politik praktis, kepentingan departemen, dinas, lembaga,bagian, atau kepentingan yang levelnya lebih rendah dari kepentingan memuliakan sungai dan alam.

Kami berharap Gubernur sebagai Dan Satgas, dalam mengembangkan struktur organisasi harus mengawalinya dengan kajian akademik untuk membuat struktur yang tepat yang mampu menjawab tantangan tugas. Dan tentu yang juga penting adalah menempatkan personil bukan karena pertimbangan politik atau subjektif namun pertimbangan kompetensi dan komitmen terbaiknya yang menjadi pilihan utama.

Dan hal terpenting juga adalah melibatkan secara tulus dan signifikan peran serta masyarakat, akademisi, pegiat lingkungan dengan ruang ekspresi dan ruang dialog memadai dan kontruktif, tidak sekedar pelengkap semata. Karena sesungguhnya di era demokratisasi peran pemerintah bukan segalanya. Dan tidak bermakna signifikan kalau hanya berjalan sendiri sendiri.

Dalam kerangka penegakan hukum, pihak kepolisian sebagai leading sektornya harus bergandengan tangan dengan sinergis bersama kejaksaan termasuk TNI, akademisi, pegiat lingkungan untuk mampu mengambil langkah besar bersama dalam upaya membangun kesadaran dan pranata hukum lingkungan yang hadir ditengah tengah masyarakat.

Mari kita kembangkan filosofi “Hablum minal Alam” yang merupakan kearifan lokal dengan pendekatan blue ocean strategi, dalam menyikapi aura dunia yang serba berkompetisi menuju terwujudnya harmoni bagi tumbuhnya sinergi merawat alam.

Wantannas menawarkan gagasan strategis bagi solusi besar terhadap konservasi alam merujuk pada model sinergi pentahelix. Konsep modern yang hakekatnya sejalan dengan pitutur “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah”, yang mengandung makna bahwa kerukunan menumbuhkan kekuatan, perpecahan menumbuhkan kerusakan.

Sinergi pentahelik berwujud harmoni dan sinerginya unsur akademisi,pemerintah, komunitas, unsur bisnis dan unsur media dalam wujudkan tujuan bersama. “Basam Mako Manjadi.”

Juga mari kita resapi filosofi tatar Sunda "sareundeuk saigel, sabobot sapihanean" yang memberi pesan positif kepada kita semua dalam ihtiar menyelesaikan masalah untuk mengutamakan kebersamaan, harmoni, sinergi dan tentu dengan mengharap ridha Allah SWT, pungkas Eki.

(Yanis)

Berita Terkait