- Pemerintahan
- 23 Nov 2024
Makassar, Beritainspiratif.com - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) yang juga ahli mata, Profesor Budu, memperoleh penghargaan internasional Distinguished Service Award 2019. Penghargaan dianugerahkan pada Kongres Tahunan ke-34 Akademi Oftamologi Asia Pasifik (APAO) di Bangkok, Thailand, 6-8 Maret lalu.
APAO adalah organisasi profesi dokter spesialis kesehatan mata Asia Pasifik, beranggotakan para akademisi dan praktisi lintas negara. Setiap tahun, mereka memberikan penghargaan kepada anggota yang dipilih secara ketat berdasarkan kontribusi di bidang kesehatan mata dan pendidikan kesehatan pada umumnya.
Prof. Budu menyatakan “bersyukur atas penghargaan yang dicapai. Dia mengaku tidak menyangka atau pun punya persiapan khusus atas capaian tersebut”, tuturnya.
Penghargaan ini merupakan hal yang langka. Komite khusus yang dibentuk oleh APAO memantau segala aspek dari setiap kandidat, terutama kontribusi terhadap institusi, pelayanan masyarakat, penelitian dan pengabdian, khususnya dalam bidang oftalmologi.
"Saya pernah diminta mengirimkan curriculum vitae, setahu saya beberapa kolega saya juga diminta hal yang sama. Rupanya komite khusus melakukan pemantauan kepada setiap kandidat," kata Budu di Makassar, Sabtu (9/3) yang dikutip dari IDN Times.
Kepala Sub Direktorat Humas dan Informasi Publik Unhas, Ishaq Rahman, mengatakan bahwa Prof. Budu dalam 20 tahun terakhir dikenal telah mengabdikan diri dalam bidang pendidikan serta pelayanan kesehatan mata dan visual. Di bidang akademik, kariernya merangkak dari staf inovasi kurikulum di Fakultas Kedokteran hingga menjadi dekan di sana.
Prof. Budu, di sela kesibukan sebagai dosen, tetap aktif memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, baik pemeriksaan pasien maupun operasi. Dalam bidang pengabdian masyarakat, Budu aktif dalam program Fighting Blindness di Indonesia bagian timur, yakni upaya berbasis volunterisme untuk memerangi kebutaan.
Sebagai Ketua Persatuan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia Cabang Sulsel bekerja sama dengan pemerintah daerah dan swasta dalam memberantas buta katarak. Setiap tahun, ratusan pasien katarak dioperasi. Walau sibuk, dia tetap menjalankan kewajiban sebagai akademisi untuk meneliti dan menulis artikel di jurnal ilmiah.
"Rupanya semua aktivitas saya tersebut terpantau oleh komite penilai APAO. Ini bukan saja pencapaian, tetapi juga wujud tanggung jawab yang lebih besar. Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung,” ucapnya.
Yanis