- Ragam
- 24 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Praktisi dan Profesional Public Relations Dr. N. Nurlaela Arief, meluncurkan buku berjudul Public Relations in the Era of Artificial Intelligence.
Buku karya perdana Ketua Perhimpunan Humas Indonesia (Perhumas) Bandung periode 2018 - 2020, yang kini menjabat sebagai Head of Corporate Communications PT Bio Farma ini, menggambarkan bagaimana Big Data dan Artificial Intelligence (AI) merevolusi dunia PR.
"Buku ini ditulis berdasarkan risert yang dilakukan dari bulan April sampai November 2019. Kita ingin memetakan bagaimana kesiapan praktisi PR Indonesia, terhadap perkembangan AI atau kecerdasan buatan di era revolusi industri 4.0," kata Nurlaela yang akrab disapa Lala Arief ini kepada wartawan di aula barat Gedung Sate kota Bandung, Kamis (14/3/2019).
Menurut Lala, buku setebal 150 halaman ini berbicara tentang adanya beberapa pekerjaan PR yang akan tergantikan dengan teknologi AI.
PR yang baru lulus atau fresh greduate atau PR yang masih yunior, paling terdampak dengan perkembangan tersebut. Sebagian dari pekerjaannya, akan diotomatisasi dan dilakukan simplifikasi dengan beberapa tools atau perangkat PR yang baru.
Menurut Lala, pekerjaan PR yang akan tergantikan antara lain media monitoring atau mengkliping berita.
"Dari hasil survey kepada 220 responden praktisi PR di BUMN dan dari Perhumas, yang sudah pasti tergantikan adalah media monitoring," ujarnya.
"Kemudian media analisis juga akan tergantikan, karena dikerjakan oleh perangkat atau dikerjasamakan dengan media monitoring intelligence.
Lebih lanjut dikatakannya, media relations atau pertemuan dengan media juga akan berkurang, karena banyak perangkat yang bisa membantu mendistibusikan berita. Sementara pekerjaan PR yang masih tidak tergantikan, adalah presentasi tatap muka, foto dan video.
"Disini saya simpulkan bahwa manusia masih tetap diperlukan untuk PR. Tapi manusia yang memiliki niat untuk berubah dan selalu belajar hal baru. Universitas, juga harus melakukan penyesuaian materi perkuliahan bagi PR," tutur peraih The Best Public Relations Manager BUMN se Indonesia tahun 2013 tersebut.
Dalam bukunya, Lala menyebutkan dengan adanya kecerdasan buatan ini, kompetensi PR juga berubah tidak seperti dulu harus membuat rilis. Di Eropa, Asia Tenggara dan New Zealand, sudah ada rilis yang dibuat dengan mesin dari Artificial Intelligence.
"Di Bio Farma, kami juga sudah mencoba aplikasi untuk menyebarkan rilis secara global dan internasional, sesuai negara yang kita tuju dengan berbagai bahasa. Dan bukan kita yang menerjemahkan tapi mesin," ucapnya.
Ia menambahkan, dalam buku ini ada 100 perangkat PR baru yang bisa dipelajari oleh semua praktisi PR dan perangkatnya ada yang gratis.
"Kan tidak semua PR di perusahaan memiliki anggaran yang besar, bisa belajar dari buku ini," pungkas Nurlaela, The Winner of Secretary Award Asia Pacific di India tahun 2006.
(Ida)