- Pemerintahan
- 23 Nov 2024
Bandung,Beritainspiratif.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus melakukan upaya mendorong pelaku UMKM untuk segera mengenal marketplace. Melalui acara bertajuk “Grebeg Pasar UMKM Go Online” di Kota Bandung, lebih dari 2.000 pedagang menjadi target untuk bisa memiliki toko online di marketplace.
Kepala Seksi Pengembangan dan Fasilitasi Platform Perdagangan Kominfo Puti Adella Elvina mengatakan bahwa sosialisasi, edukasi dan pendampingan langsung kepada pelaku UMKM, di nilai paling efektif mengingat kesibukan para pedagang di kios mereka.
“Kami menggelar acara di pasar-pasar untuk menjaring dan menciptakan kantung-kantung ekosistem baru di pusat perniagaan. Pada 17 Oktober hingga 2 November 2019, kami door-to-door ke enam pasar di kota Bandung,” kata Ade, sapaan akrab Puti Adella Elvina di Pasar Sarijadi, Kota Bandung, Kamis (17/10/2019).
Selama 12 hari, Direktorat Ekonomi Digital Kementerian Kominfo melalui Relawan Pandu Digital akan melakukan sosialisasi, edukasi dan pendampingan pemanfaatan marketplace di enam pasar untuk menunjang pelaku UMKM berdagang. Ade berharap dengan adanya ekosistem baru akan memudahkan pemangku kepentingan melakukan pembinaan.
“Saya berharap dari marketplace maupun dari dinas-dinas terkait segera melakukan pendampingan dan pembinaan, agar pelaku UMKM ini merasakan manfaat hadirnya platform digital yang lebih aman dan nyaman untuk berdagang,” lanjut Ade.
Enam pasar yang menjadi target adalah Pasar Baru, Pasar Andir, Pasar Banceuy, Pasar Palasari, Pasar Cicadas, dan Pasar Kosambi. Selain menyisir pasar, para relawan juga menyebar ke pusat-pusat perniagaan lain untuk memaksimalkan waktu.
Bergabungnya para pelaku UMKM di pasar-pasar ke marketplace akan membuka peluang baru berkembangnya pasar tradisional ke pasar digital. Tidak lagi hanya mengandalkan cara-cara konvesional, pedagang juga dapat aktif berdagang di kanal-kanal perdagangan secara elektronik (e-commerce).
“Dengan berkembangnya pasar tradisional ke pasar digital, maka industri-industri lain juga akan mendapat keuntungan. Jasa pengiriman misalnya, platform pembayaran digital dan perlengkapan packaging sudah pasti akan tumbuh sebagai industri pendukung layanan belanja online,” terang Ade.
Pihaknya pun meyakini, jika ekosistem ini benar-benar terwujud, pasar tradisional tetap akan menjadi sentra perdagangan dua jalur, yaitu offline dan digital.
Pelaku bisa meningkatkan akses pasarnya. Menurut kementerian perdagangan adanya penurunan animo pasar, disebabkan faktor ada yang beranggapan kalau pasar online itu musuhnya pasar offline, sebenarnya tidak demikian.
"Maka kita beri terobosan platform pembayaran non tunai, transaksinya bukan lagi uang cash, tujuannya supaya pasar dapat hidup,"terangnya.
Tidak hanya market place berskala nasional tapi juga market place lokal, seperti market place Tubasin dan Titiku.
Perbedaannya, Kalau Tumbasin khusus bagi pasar tradisional.
"Jadi kita menguhubungkan antara penjual, kurir dengan customer, customer atau pelanggan tidak perlu datang ke pasar, tapi cukup dianter oleh kurir, jadi dalam hal ini kita juga bekerjasama dengan jasa pengantar,"tambahnya.
Sedangkan market place Tubasin, tidak hanya menerima produk basar tapi juga kering, misalkan olahan jadi atau kuliner bisa dipasarkan , maka tadi sekaligus menjawab bagi penjual produk kering.
Kedua cara ini bisa menciptakan ekosistem pasar baru.
Ia juga menargetkan metode ini dapat mengalami peningkatan transaksi ia mencontohkan di salah pasar kebun kembang bogor, pedagang mendapatkan onzer Rp 100 juta perbulan. Harapan itu yang ingin dimunculkan setelah adanya ekosistem ini dari 2000 target pedagang di setiap pasar. (Mugni)