- Pemerintahan
- 23 Nov 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Setelah mengkaji berbagai metode pengolahan sampah organik, Wali Kota Bandung Oded M Danial akan memprioritaskan penggunaan maggot dan teknik biopori vertikal dalam pengolahan sampah. Keduanya dinilai paling banyak memberikan manfaat dan relatif mudah untuk di implementasikan.
Hal itu juga merupakan bagian dari program Kurangi Pisahkan Dan Manfaatkan ( Kang Pisman).
Dari kajian hari ini mulai dari magotisasi, biopori, peyeumisasi segala macam nampaknya saya memutuskan akan memprioritaskan pemakaian Maggotisasi dan biopori vertikal. Dan kita akan dorong kepada masyarakat karena ini lebih mudah,"ucap Oded di Balai Kota Bandung, Selasa (7/1/2020).
Maggot adalah larva lalat tentara hitam atau yang lebih populer disebut Black Soldier Fly (BSF). Dengan 10.000 maggot dapat menghabiskan 1 kg sampah organik dalam waktu 24 jam.
Selain itu, maggot mengandung protein tinggi dan kandungan gizi yang baik untuk pakan ikan dan unggas. Oded melihat sisi ekonomis lain dari penggunaan maggot untuk mereduksi sampah organik.
"Maggot ini bisa dipakai untuk pakan ikan, pakan ayam. Apalagi kalau di olah masyarakat hal tersebut, bisa mendorong untuk memproduksi pakan sendiri dengan campuran bekatul, saya juga sudah coba dengan campuran bekatul, jadi pakan ayam dan ikan bagus. Sehingga optimal, sampahnya selesai, nilai ekonominya juga maksimal,"jelasnya.
Lain halnya dengan biopori vertikal yang lebih banyak menggunakan perangkat meskipun sederhana. Metode ini menggunakan pipa untuk menampung sampah organik.
Tak seperti biopori pada umumnya, biopori vertikal ini dibuat dengan cara menancapkan pipa sepanjang dua meter ke tanah sedalam 0,5 meter. Pipa ini lalu diisi dengan sampah dan dibiarkan membusuk hingga terurai.
"Ini sudah dilakukan. Waktu saya ke Penang, Malaysia waktu itu. Ini yang paling efektif di India. Mudah-mudahan di Kota Bandung setelah ada beberapa contoh. Lebih simpel," katanya.
Oded pun akan meminta jajarannya mensosialisasikan kepada masyarakat tentang kedua metode ini. Meskipun begitu, ia tak menghalangi warganya jika ingin mengolah sampahnya dengan metode lain, misalnya peuyeumisasi atau takakura.
"Kalau mau cara lain tidak masalah, mereka bebas memilih. Asal, sampahnya diolah," ujarnya
(Mugni)