- Ragam
- 14 Oct 2024
Bandung, Beritainspiratif.com - Melansir infobandung.co.id peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23- 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumihangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut.
“JADI SAYA KEMBALI DARI JAKARTA, SETELAH BICARA DENGAN SJAHRIR ITU. MEMANG DALAM PEMBICARAAN ITU DI REGENTSWEG, DI PERTEMUAN ITU, BERBICARALAH SEMUA ORANG. NAH, DISITU TIMBUL PENDAPAT DARI RUKANA, KOMANDAN POLISI MILITER DI BANDUNG. DIA BERPENDAPAT, “MARI KITA BIKIN BANDUNG SELATAN MENJADI LAUTAN API.” YANG DIA SEBUT LAUTAN API, TETAPI SEBENARNYA LAUTAN AIR.”-A.H NASUTION, 1 MEI 1997
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul “Bandoeng Djadi Laoetan Api“. Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi “Bandoeng Laoetan Api“.
Untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api, di kawasan Lapangan Tegallega dibangun Monumen Bandung Lautan Api. Setiap tanggal 23 Maret warga Bandung kerap memperingati persitiwa tersebut dengan melakukan pawai obor berkeliling kota Bandung.
(Kaka)