Wow...SBM ITB Latih Wirausaha Kepada Istri Sopir Angkot di Kota Bandung

Rachmat Setiadi pengusaha di bidang fashion saat memberikan materi / Foto: HUmas SBM ITB


Bandung, Beritainspiratif.com - Institut Teknologi Bandung melalui Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kepada Masyarakat ITB (LPPM ITB) memberikan pelatihan kewirausahaan kepada istri sopir angkutan kota (angkot) di Kota Bandung. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membantu keluarga sopir angkot bertahan hidup saat pandemi Covid-19.

Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan Kamis (3/6/2021) itu dipimpin oleh Yunieta Anny Nainggolan, PhD dan Tim Dosen SBM ITB lainnya yaitu Dr. Anggara Wisesa dan Yulianto Suharto, PhDc serta didukung oleh mahasiswa tingkat akhir SBM ITB. SBM ITB bekerja sama dengan Koperasi Bina Usaha Transportasi Republik Indonesia Jawa Barat (Kobutri Jabar) selaku pihak yang menaungi para sopir angkot dan keluarga di Jawa Barat.

Menurut Yunieta, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap kondisi ekonomi keluarga sopir angkot yang terdampak akibat pandemi Covid-19 lebih dari satu tahun. Pembatasan aktivitas masyarakat untuk tidak beraktivitas di luar rumah, termasuk bepergian untuk bekerja maupun sekolah, mengakibatkan penurunan yang signifikan terhadap pemasukan sopir angkot.

"Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi tentang kewirausahaan dan memberi motivasi kepada para istri sopir angkot untuk tetap semangat berinovasi. Selain itu, pantang menyerah di tengah krisis ekonomi dan kesehatan ini demi mendukung kehidupan ekonomi berkelanjutan," kata Yunieta.

Baca Juga: Libatkan 100 Media Online, AMSI Luncurkan Riset Lanskap Media Digital Indonesia

Demi tercapainya tujuan acara, pihak ITB mengundang Rachmat Setiadi, seorang pengusaha di bidang fashion yang memulai usahanya dari nol pada awal 2012. Selain itu, ITB juga mengundang Yulianto yang merupakan praktisi UMKM, pembicara di banyak bootcamp kewirausahaan, sekaligus dosen bidang kewirausahaan di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB. Sebelum menjadi dosen, Yulianto juga sudah memulai dan menjalani usahanya bersama sang istri. Jatuh bangunnya usaha itulah yang membuat Yulianto mempelajari banyak hal dan dapat membagikannya kepada orang-orang yang akan atau sudah memulai usaha.

Selama acara berlangsung, kedua pembicara menekankan pentingnya pola pikir yang kuat dan optimisme dalam memulai bisnis. Hal ini penting agar tetap memiliki semangat untuk terus bergerak dan melihat kegagalan sebagai pembelajaran yang berharga untuk kedepannya. Tidak hanya itu, kreativitas dan inovasi juga diperlukan dalam membangun bisnis karena bisnis bukanlah sesuatu yang eksak dan hanya memiliki satu solusi, melainkan banyak cara untuk mencapai bisnis ideal.

Setelah pembicara memaparkan materi dan menceritakan pengalamannya, suasana acara semakin interaktif karena banyak dari peserta yang antusias dan melemparkan pertanyaan lanjutan kepada para pembicara. Peserta juga saling menceritakan pengalaman mereka dalam berwirausaha. Di akhir acara, para peserta semakin berbaur dengan yang lainnya, baik itu pembicara, panitia, maupun peserta lainnya. Terjadi banyak diskusi informal setelah acara berlangsung, dan sangat terasa kedekatan di antara peserta, panitia, dosen, dan mahasiswa yang berada di acara tersebut.

Acara pelatihan kewirausahaan ini pada akhirnya ditutup dengan perbincangan antara mahasiswa ITB dan juga para istri sopir angkot. Pihak mahasiswa menanyakan bagaimana kesan peserta setelah mengikuti pelatihan dan juga langkah apa yang akan diambil oleh para istri sopir demi membantu suaminya yang terdampak pandemi.

"Secara keseluruhan, peserta mendapatkan energi yang positif setelah mengikuti pelatihan ini dan sangat bersemangat untuk memulai usaha dari hal yang kecil. Beberapa dari mereka juga ternyata ada yang sudah memulai berwirausaha. Namun, terkendala kurangnya modal dan literasi teknologi ketika berjualan secara daring," terangnya.

Ke depannya, ITB berharap kegiatan ini akan berkesinambungan agar terbangun sinergi yang konkrit dan berdampak nyata bagi kehidupan para keluarga sopir angkot di Kota Bandung di tengah krisis ekonomi dan kesehatan ini.

Yanis

Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar

Berita Terkait