Profil KH. ABDUL CHALIM Pahlawan Nasional Keturunan Sunan Gunung Jati Asal Majalengka

KH. Abdul Chalim / Ist.


BERITAINSPIRATIF.COM - Menjelang peringatan hari pahlawan 10 November 2023, pemerintah resmi merilis nama-nama calon penerima gelar Pahlawan Nasional Tahun 2023.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyatakan, Presiden Joko Widodo telah menetapkan 6 orang pahlawan nasional dalam rangka Hari Pahlawan tahun 2024.

"Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 115-TK-TH-2023 tertanggal 6 November 2023, Presiden menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada 6 orang pejuang-pejuang," kata Mahfud dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (8/11/2023).

6 orang tokoh yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional adalah; 1. Ida Dewa Agung Jambe dari Bali 2. Bataha Santiago dari Sulawesi Utara 3. Mohammad Tabrani dari Jawa Timur 4. Ratu Kalinyamat dari Jawa Tengah 5. Kiai Haji Abdul Chalim dari Jawa Barat 6. Kiai Haji Ahmad Hanafiah dari Lampung.

Dari 6 pahlawan nasional yang disetujui dan ditetapkan Presiden, satu di antaranya adalah pahlawan asal Jawa Barat yaitu KH. Abdul Chalim

KH. Abdul Chalim lahir di Leuwimunding, Majalengka, pada tanggal 2 Juni 1898. Ia merupakan putra dari seorang Kuwu/ Kepala Desa bernama Kedung Wangsagama dan ibunya bernama Satimah. Kakeknya juga seorang Kepala Desa Kertagama, putra dari Buyut Liuh yang merupakan putra seorang Pangeran Cirebon. Bila ditelusuri silsilah KH. Abdul Chalim bersambung kepada Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Djati.

KH. Abdul Chalim sudah mendalami pendidikan agama dari usia remaja. Setelah menyelesaikan pendidikannya  di Sekolah H I S (Hollandsch Inlandsche School), Ia belajar di beberapa pesantren di wilayah Leuwimunding dan Rajagaluh, di antaranya Pondok Pesantren Banada, Pondok Pesantren al-Fattah Trajaya, dan Pondok Pesantren Nurul Huda al Ma’arif Pajajar. Hingga tahun 1913, ia melanjutkan pendidikannya di Makkah.

Baca Juga: 151 Kelurahan di Kota Bandung Ikuti Pelatihan Pengolahan Sampah Organik

Sepulangnya dari Makkah, ia bergabung dengan temannya KH. Abdul Wahab Hasbullah yang memiliki komitmen untuk memerdekakan Indonesia. Ia membantu menangani dan mengelola organisasi-organisasi yang telah dirintis oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, yaitu Nahdlatul Wathan yang kemudian menjadi Syubbanul Wathon.

Saat mendirikan Subbanul Wathon inilah KH. Abdul Chalim bersama dengan KH. Abdul Wahab Hasbullah membentuk Komite Hijaz yang bertujuan untuk mengorganisasikan ulama-ulama di Jawa dan Madura demi mencapai kemerdekaan Indonesia.

KH. Abdul Chalim menulis surat undangan kepada seluruh ulama pesantren di Jawa dan Madura untuk hadir pada pertemuan yang diselenggarakan Komite Hijaz pada 31 Januari 1926. Isi surat yang menekankan pada tujuan kemerdekaan Indonesia mendapat respon yang luar biasa dari para ulama sehingga sebanyak 65 ulama hadir dalam pertemuan tersebut.

Baca Juga: Tiket Kereta Api untuk Libur Natal dan Tahun Baru 2024 Sudah Dibuka

Komite Hijaz ini pada akhirnya mendorong tercapainya kesepakatan di antara para ulama untuk mendirikan Nahdlatul Ulama dengan KH. Hasyim Asyari  sebagai Rais Aam dan KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Katib awal. KH. Abdul Chalim sendiri merupakan Katib Tsani (Sekretaris kedua) pada kepengurusan PBNU periode pertama.

KH. Abdul Chalim juga merupakan pembina kerohanian organisasi semi militer Hizbullah, pendiri Hizbullah untuk wilayah Majalengka dan Cirebon, serta pejuang Hizbullah di beberapa medan pertempuran yaitu Cirebon, Majalengka, dan Surabaya. Karena semangat dan pejuangannya, ia dikenal sebagai Muharrikul Afkar yang artinya penggerak dan pembangkit semangat perjuangan. Ia juga pernah mendapat sebutan “Mushlikhu Dzatil Bain” (pendamai dari kedua pihak yang berselisih) karena sering mendamaikan para ulama yang bersitegang. Ia juga pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

KH. Abdul Chalim wafat di Leuwimunding pada tanggal 12 Juni 1972 di Leuwimunding. Kini, namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi di Mojokerto, yaitu “Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto” yang kini sedang berproses menjadi Universitas Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto.

Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News 

(Yanis) 

Baca Juga:

-Berita Liputan Lainnya di Video Youtube Bicom

-Lurah Sukamiskin Berbagi Tips Keberhasilan Kepada Lurah dan Kades Kab. Kutai Kartanegara

-Terbesar Kedua di Indonesia! Bandara Kertajati Sudah Beroperasi Penuh, Ini Rutenya

-Cacar Monyet Sudah Masuk Kota Bandung, Begini Cegah Penularannya!

-Usung Desain GARUDA, Pembangunan Gedung BANK INDONESIA di IKN Dimulai

-151 Kelurahan di Kota Bandung Ikuti Pelatihan Pengolahan Sampah Organik

-Tiket Kereta Api untuk Libur Natal dan Tahun Baru 2024 Sudah Dibuka

Berita Terkait