- Pemilu & Pilkada
- 23 Nov 2024
Kota Bandung, Beritainspiratif.com - Kehadiran Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan saat ini, menjadi salah satu tantangan yang dihadapi media saat ini. Oleh karena itu, kehadiran AI saat ini perlu mendapat perhatian dan kerjasama semua pemangku kepentingan.
Demikian diungkapkan Ketua AMSI Jawa Barat Satrya Graha Laksana di sela-sela pelantikan pengurus AMSI Jawa Barat periode 2024-2028 di Hotel Savoy Homann, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jumat (4/10/2024).
Satrya Graha mengungkapkan, dengan berkembangnya teknologi saat ini khususnya perkembangan AI, ia mengajak semua pihak untuk merenungkan tantangan yang dihadapi media di dunia digital. “Dan bagaimana hal ini berhubungan dengan para stakeholder pentahelix dalam menghadapi Pilkada serentak yang akan datang,” ungkapnya.
Baca Juga: Pengurus AMSI Jabar Periode 2024-2028 Dilantik, Siap Sinergi untuk Jabar!
Di era digital saat ini, media memiliki peran yang sangat strategis. Media, lanjut ia, tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai agen perubahan dan penggerak opini publik. Namun, kehadiran AI telah membawa berbagai tantangan baru yang perlu kita hadapi bersama. Sebagai contoh, kata Satrya Graha, teknologi AI kini dapat memproduksi konten dengan cepat dan efisien, bahkan mampu menciptakan berita palsu atau disinformasi yang dapat merusak integritas informasi.
“Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana media dapat mempertahankan kredibilitas dan integritasnya di tengah arus informasi yang begitu deras. Dengan adanya platform digital yang memungkinkan siapa saja untuk menjadi pembawa berita, sangat sulit untuk memastikan bahwa informasi yang diterima oleh masyarakat adalah akurat dan terpercaya. Di sinilah, peran penting stakeholder pentahelix, yang terdiri dari pemerintah, akademisi, pelaku industri, masyarakat, dan media itu sendiri,” tuturnya.
Baca Juga: Pj Gubernur Jabar Minta AMSI Jadi Garda Terdepan Informasi Akurat & Terpercaya
Pemerintah, lanjut Satrya Graha, sebagai salah satu stakeholder memiliki tugas untuk menciptakan regulasi yang mendukung perkembangan media yang sehat dan bertanggung jawab. Regulasi ini, harus mampu mengantisipasi dampak negatif dari AI, seperti penyebaran berita palsu, serta melindungi hak-hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong literasi digital di kalangan masyarakat agar mereka lebih kritis dalam menyikapi informasi yang beredar.
“Di sisi lain, akademisi memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan analisis dan penelitian yang mendalam mengenai dampak teknologi AI terhadap media. Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pembuatan kebijakan yang lebih baik dan lebih responsif terhadap dinamika yang terjadi. Selain itu, akademisi juga dapat berkontribusi dalam mendidik jurnalis dan pelaku media tentang cara menggunakan teknologi AI secara etis dan bertanggung jawab,” ujarnya.
Pelaku industri media, Satrya Graha menambahkan, sebagai bagian dari pentahelix juga harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Mereka perlu mengembangkan strategi yang inovatif dalam menghasilkan konten berkualitas tinggi. Penggunaan AI dalam produksi berita, misalnya, harus dilakukan dengan bijak untuk memastikan bahwa kualitas informasi tetap terjaga. Selain itu, kolaborasi antara media dengan perusahaan teknologi dapat menciptakan solusi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan ini.
“Masyarakat, sebagai konsumen informasi, juga memiliki tanggung jawab untuk aktif dalam mencari tahu dan memverifikasi informasi yang mereka terima. Literasi digital menjadi kunci bagi masyarakat untuk tidak mudah terjebak dalam berita palsu atau disinformasi. Dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya informasi yang akurat, masyarakat dapat berperan sebagai filter terhadap informasi yang beredar,” ujarnya.
Baca Juga: Jelang Pilkada 2024, Pemdaprov Siagakan Jabar Saber Hoaks
Pentingnya Peran Media di Tengah Pilkada Serentak 2024
Dalam konteks Pilkada serentak, kata Satrya Graha, tantangan ini semakin kompleks. Media memiliki peran krusial dalam memberikan informasi yang objektif mengenai calon-calon pemimpin dan program-program yang mereka tawarkan. Namun, dengan adanya potensi penyebaran berita palsu yang meningkat, media harus lebih berhati-hati dalam menyajikan informasi. Misinformasi atau disinformasi yang muncul menjelang pilkada dapat mempengaruhi opini publik secara signifikan dan berdampak pada hasil pemilihan.
Oleh karena itu, kolaborasi antara semua stakeholder pentahelix sangat diperlukan. Pemerintah perlu bekerja sama dengan media untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya verifikasi informasi. Akademisi dapat berkontribusi dengan penelitian yang mendalam tentang pola perilaku masyarakat dalam mengonsumsi informasi. Pelaku industri media harus berinovasi dalam menyajikan konten yang menarik dan informatif, sementara masyarakat harus aktif mencari informasi yang akurat.
“Kita juga perlu mengingat bahwa teknologi, termasuk AI, bukanlah musuh, tetapi alat yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menggunakan AI untuk meningkatkan kualitas jurnalisme. Misalnya, AI dapat membantu dalam analisis data besar untuk menemukan pola-pola yang relevan dalam pemilihan umum, sehingga media dapat memberikan informasi yang lebih mendalam kepada publik,” ucapnya.
Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News
(YI)