- Pemerintahan
- 12 Dec 2024
Kuningan, beritainspiratif.com -
Inspirasi untuk bisnis bisa datang dari mana saja, termasuk dari teman. Budi Nurhadi misalnya, guru swasta di Kuningan, Jawa Barat mendapat ide bisnis dari temannya sesama pengajar.
"Kebetulan di sekolah tempat saya ngajar ada guru yang punya bisnis. Singkat cerita orang tersebut yang menginspirasi atau mungkin bisa dibilang mempengaruhi saya untuk mencoba berbisnis. Saya masih ingat dia menyarankan bisnis makanan walaupun dia sendiri bisnisnya di alat lukis," kata Budi kepada detikFinance, Minggu (20/5/2018).
Pria kelahiran 1985 itu bercerita, memulai bisnis November 2016. Bawang goreng (Bagoy), kata dia, menjadi pilihan bisnis karena merupakan salah satu makanan favorit keluarga. Budi memberi merek bawang goreng dagangannya, Bagoy Lada.
Bagoy sendiri sebenarnya singkatan dari bawang goyeng. Nama itu muncul dari anaknya yang ketika itu masih berumur 3 tahun dan belum bisa mengucapkan bawang goreng, tapi bawang goyeng.
"Kenapa saya pilih bawang goreng, karena berawal dari rumah. Seluruh anggota keluarga suka bawang goreng," tutur Budi.
Budi menjelaskan, awal memulai usaha dirinya merogoh kocek awal untuk modal sekitar Rp 2 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku yakni bawang dan peralatannya. Dari situ, dia bisa membuat 50 kemasan.
Dalam menjalani bisnisnya, Budi mengatakan, sempat melakukan tes pasar untuk melihat minat konsumennya.
"Awalnya kita tes rasa dulu, saya bawa ke sekolah, saya bagikan ke teman-teman yang original dan pedas. Dari situ, saya jadi bikin yang pedas jadi 3 level, karena selera pedas orang itu berbeda-beda," ungkapnya.
Memang, dalam menjalani bisnis pasti ada tantangan. Dia menyebut, tantangan itu di antaranya ialah membagi waktu antara mengajar dan memproduksi bawang goreng.
Kemudian, masih belum sempurnanya produk karena masih banyak minyak."Lalu saya cari mesin pengering makanan sampai Cirebon tapi nggak ada, saya coba online dapat spinner," ujar dia.
Berkat kerja kerasnya, bisnis terus berkembang. Kini, usaha yang dibangun bersama istrinya sudah bisa memperkerjakan 7 orang.
Lanjutnya, saat ini produk bawang goreng yang dijual seharga antara Rp 25 ribu (100 gram) hingga Rp 125 ribu per kemasan (500 gram).
Dia bilang, dalam sebulan rata-rata penjualannya mencapai 1.000 kemasan. Bawang goreng itu dipesan dari berbagai wilayah di Indonesia. Namun, paling banyak di wilayah Jabodetabek dan Yogyakarta.
"Hampir seluruh daerah di Indonesia sudah pernah ada yang beli, bahkan Singapura dan Malaysia sudah, sementara Thailand, Taiwan, sama Hong Kong terkendala ongkos kirim yang sangat mahal," ujarnya.
Omzet yang dia terima mencapai rata-rata Rp 30 juta per bulan dengan keuntungan bersih antara Rp 5 juta sampai Rp 7 juta per bulan.
"Nilai omzet rata-rata Rp 30 jutaan," ungkapnya.
Untuk memesan produknya, calon konsumen bisa memesan di Instagram @bagoylada, shopee.co.id/khazini. Bisa juga di Tokopedia dengan nama toko stance 102 dan Facebook Bagoy Lada.
Budi menuturkan, dalam menjalankan bisnis terpenting ialah mengenali produk. Kemudian, produk yang dibuat ialah bikinan sendiri sehingga tahu plus minusnya.
"Dan yang pasti saya berusaha inovasi setiap hari, mulai dari inovasi produk, label, packaging, sampai marketing," tutupnya. (Yanis)
sumber : finance.detik.com