Jakarta, Beritainspiratif.com - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan tanda kehormatan Republik Indonesia kepada total 127 orang penerima dalam upacara Penganugerahan Tanda Kehormatan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia. Upacara penganugerahan tersebut digelar di Istana Negara, Jakarta, Jumat (12/08/2022) pagi.

Tahun ini tanda kehormatan yang terdiri atas Bintang Mahaputera, Bintang Jasa, dan Bintang Budaya Parama Dharma dianugerahkan kepada para penerima dengan berdasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 64, 65, dan 66/TK/TH 2022. Keputusan Presiden tersebut ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2022.

“Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya sesuai ketentuan syarat khusus dalam rangka memperoleh tanda kehormatan Bintang Mahaputera Pratama, Bintang Jasa, dan Bintang Budaya Parama Dharma sebagaimana diatur dalam Undang-Undang,” demikian bunyi kutipan Keputusan Presiden tersebut ungkap Setkab RI.

Baca Juga:

-3 Kelurahan di Kota Bandung Dicanangkan Sebagai Kelurahan Cantik

-Cisaranten, Arcamanik Bandung Bakal Dibangun Rusun Kapasitas 1.900 Unit

-PEMILU 2024: Honor Petugas PPS-KPPS Naik, Ini Rincian & Besarannya

-Robert Alberts Mundur Sebagai Pelatih Persib, Terhitung 10 Agustus

Penerimaan tanda kehormatan tersebut diwakili oleh tujuh orang penerima atau ahli waris penerima yang hadir secara langsung di Istana Negara. Tujuh orang penerima tersebut adalah:

1. Alm. Ajip Rosidi, sastrawan, dianugerahi tanda kehormatan Bintang Mahaputera Pratama;

2. Letjen TNI (Purn) Ida Bagus Purwalaksana, Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan 2019-2022, dianugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Utama;

3. Alm. Prof. Dr. Mundardjito, arkeolog, dianugerahi tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma;

4. Almh. dr. Carolina Rezeki Sihombing, dokter spesialis pada RSUD Kota Depok;

5. Alm. Sunjaya, Kepala Puskesmas pada UPTD Puskesmas Sukatani, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mewakili 98 penerima lainnya yang masing-masing dianugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Pratama;

6. Alm. Gugum Gumbira, seniman tradisi sunda; Bintang Jasa Nararya, dan

7. Almh. Dewi Wikantini, bidan penyelia pada UPT Puskesmas Baktijaya Kota, Depok, Jawa Barat, mewakili 22 penerima lainnya yang masing-masing dianugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.

Baca Juga: Maestro Jaipong Gugum Gumbira Meninggal Dunia


Profil Maestro Jaipongan

Dr. Gugum Gumbira Tirasondjaja (sering dikenal sebagai Gugum Gumbira; lahir di Bandung,  4 April 1945, adalah  komposer Sunda,  pemimpin  orkestra,  koreografer, dan pengusaha  dari Bandung,  Jawa Barat,  Indonesia, kutip Wikipedia Indonesia.

Sekira tahun 1961, pada saat Presiden Indonesia,  Sukarno  melarang  musik  barat,  Gugum tertantang untuk menghidupkan  seni pribumi.

Baca Juga: REKOR MURI: 1,3 Juta Siswi se-Jabar SERENTAK Minum Tablet Tambah Darah

Gugum Gumbira belajar tari pedesaan dan festival musik selama dua belas tahun. Jaipongan, atau Jaipong, adalah hasil yang paling populer dari studinya yang memperbarui musik ritual desa bernama ketuk tilu dengan gerakan dari Pencak Silat, seni bela diri Indonesia, dan musik dari tarian teater bertopeng, Topeng Banjet, dan teater Wayang Golek.

Jaipongan memulai debutnya pada 1974 ketika Pak Gugum beserta gamelan dan penari pertamanya tampil di depan umum. Pada pertengahan 1980-an, Jaipongan sebagai tarian sosial telah memudar, tapi tetap populer sebagai tari panggung, dilakukan oleh perempuan, pasangan campuran atau sebagai solo.

Baca Juga: DUKCAPIL: Boleh 1 Alamat Rumah Ada 2 Kartu Keluarga, Simak Penjelasannya

Album Jaipongan yang paling banyak tersedia di luar Indonesia adalah Tonggeret oleh Idjah Hadidjah dan Gugum Gumbira Jugala orkestra, yang dirilis pada tahun 1987 dan kembali dirilis sebagai Jawa Barat: Jaipong Sunda dan Musik Populer lainnya]] oleh Nonesuch / Elektra Records.

Studio Jugala Gugum Gumbira di Bandung berfungsi sebagai dasar untuk orkestra Jugala itu sendiri dan kelompok tari, telah menciptakan dan merekam beberapa musisi lainnya, termasuk Sabah Habas Mustapha dan The Residents.

Orkestra Jugala termasuk instrumen gamelan Sunda, drum, rebab dan suling, memainkan jaipongan dan musik degung kontemporer.

Gugum Gumbira menikah dengan Euis Komariah, yang bernyanyi Orkestra Jugala. Putri mereka, Mira Tejaningrum (lahir 4 Maret 1969), adalah penari dan koreografer untuk kelompok tari Jugala.

(YI)

Baca Juga: