Foto: Nurul Hikmah / dok. UGM
BERITAINSPIRATIF.COM - Sungguh hasil yang luar biasa dan patut disyukuri oleh Nurul Hikmah (25). Ia sukses Lulus master dari Program Studi Magister Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM dan mendapat predikat peraih IPK tertinggi 4.00 dengan gelar Master of Clinical Pharmacy.
Nurul Hikmah merupakan salah satu dari 991 lulusan program pascasarjana UGM yang diwisuda pada Rabu (24/7/2024) lalu.
Nurul membagikan kiat-kiatnya bisa lulus dengan IPK sempurna di jenjang pascasarjana.Menjadi peraih IPK tertinggi, tidak serta merta membuat Nurul senang namun juga tetap khawatir apakah ilmunya dapat diterapkan untuk pengembangan dunia farmasi.
"Deg-degan karena gelar Master of Clinical Pharmacy dan IPK tertinggi yang saya peroleh membuat saya takut apakah ilmu saya bisa bermanfaat bagi orang lain dan apakah saya bisa berkontribusi untuk kemajuan bidang farmasi klinik di Indonesia,” ungkap Nurul, Rabu (31/7 dilansir laman resmi UGM..
Baca Juga: 28 Gerbang Tol Dalam Kota Diberlakukan Ganjil-Genap, Ini Daftarnya!
Nurul turut membagikan tips dan trik yang ia terapkan selama menempuh kuliah. Menurutnya, metode belajar yang tepat dan mengenali dosen dengan berbagai tipe pembelajaran adalah dua hal penting dalam proses belajar. Strategi ini akan membantu proses belajar agar lebih fokus pada kompetensi yang ingin dicapai.
“Jangan terfokus pada pencapaian orang lain. Fokuslah pada yang kamu kerjakan saat ini,” pesannya.
Selain itu, Nurul juga rajin membaca referensi, mengatur waktu dengan baik, dan membuat kelompok belajar dengan sesama mahasiswa yang sudah bekerja.
Selama berkuliah, Nurul juga aktif bergabung dalam penelitian disertasi dan asisten praktikum. Meski pekerjaannya sebagai asisten praktikum terkadang membuat dirinya kewalahan, namun tidak menghambat motivasinya untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu.
“Tantangan tersebut justru membuat saya belajar memanajemen waktu dengan efektif,” ucapnya.
Baca Juga: Bendera Merah Putih di Kota Bandung Dikibarkan hingga 30 September 2024
Seluruh dedikasinya dalam menekuni bidang farmasi klinik dengan berbagai pengalamannya telah membuahkan hasil yang membanggakan. Untuk penelitian tesis, Nurul mengambil riset tentang “Cost Effectiveness Analysis Antibiotik Empiris Levofloksasin dibandingkan Kombinasi Seftriakson/Azitromisin pada Pasien Community Acquired Pneumonia Rawat Inap di RSA UGM. Riset ini berangkat dari latar belakang dari penelitiannya adalah tingginya tingkat kematian pada penderita pneumonia.
“Sebagaimana diketahui, pneumonia bahkan menjadi penyebab kematian terbesar pada anak di bawah lima tahun,” paparnya.
Penelitian yang dilakukan lebih ke arah membandingkan penggunaan antibiotik seftriakson/azitromisin dan levofloxacin. Kedua jenis obat ini digunakan dalam proses penyembuhan pasien pneumonia. Kombinasi seftriakson/azitromisin menyebabkan durasi penggunaan antibiotik yang lebih lama, efek samping yang mengancam jiwa yaitu prolonged QT interval, dan biaya tambahan sebesar Rp. 1.114.926,54 untuk mendapatkan satu persen kesembuhan dibandingkan levofloksasin tunggal.
“Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan luaran klinis yang signifikan antara keduanya,” ujar Nurul.
Baca Juga: Luar Biasa! Aulia Ayub Jadi Lulusan Termuda dan Tercepat UGM dengan IPK 4.00
Menurutnya, tambahan biaya dan efek penyembuhan yang tidak menunjukkan perbedaan signifikan menjadi peluang untuk meningkatkan efisiensi pengobatan bagi pasien pneumonia. Harapannya, hal ini dapat mengurangi pembiayaan yang harus ditanggung rumah sakit dan pasien, sehingga probabilitas kesembuhan dapat ditingkatkan.
Ditanya soal rencana masa depan karirnya setelah lulus S2, perempuan kelahiran Banjarmasin, 23 November 1998 ini mengungkapkan keinginannya menjadi dosen di bidang farmasi klinik. Kecintaannya pada bidang tersebut membuatnya sering mengikuti aktivitas lain di luar kelas kuliah untuk memperdalam ilmu farmasi.
Baca Juga:
-'Bandung Great Sale' Diskon hingga 80 Persen dan Pawai Kendaraan Hias Bakal Hadir di Kota Bandung