- Pemerintahan
- 23 Nov 2024
Bogor, Beritainspiratif.com - Tiga mahasiswa asal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) merancang alat pendeteksi penyakit hematuria. Alat ini diberi nama Biotra dan terpilih untuk didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI) demikian diberitakan Antara.
Ahmad Irvan Pratama selaku salah satu penemu juga Ketua Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) menyebut ide ini berawal dari keprihatinan mereka terhadap alat deteksi hematuria yang masih sulit digunakan dan harganya yang mahal. "Alat pendeteksi memang ada, tapi pengadaannya Indonesia masih mengandalkan impor. Harganya juga mahal," ujar Irvan.
Hematuria sendiri adalah penyakit yang terjadi akibat adanya sel darah merah dalam urin. Hal ini diakibatkan oleh kebocoran di glomerulus. Jika semakin parah, darah akan masuk ke dalam saluran kemih dan terbuang bersama urin.
Di Indonesia, prevalensi penderita penyakit ini terbilang tinggi. Pada 2016, jumlah penderita gagal ginjal kronis mencapai 300 ribu orang.
Irvan bersama dua orang temannya, Dina Istiqamah dan Neng Shinta Noveria Aska, membentuk Biotra atau Biosensor Hematuria Berbasis Enzim Heme Oksigenase dari Streptococcus agalactiae.
Alat ini memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh alat pendeteksi hematuria di pasaran. Strip indikator yang dijadikan sebagai alat deteksi terbuat dari gabungan serabut kelapa, kitosan, dan zinc oksida (ZnO).
Biotra mendeteksi menggunakan strip tersebut yang dicelupkan langsung pada urine. Perubahan warna di setiap konsentrasi darah bisa menjadi salah satu penentu tingkat hematuria yang dialami pasien. Jika berwarna hijau, maka urine positif mengandung darah.
"Alat yang sedang kami rancang mirip seperti kertas lakmus tapi kita tambahkan enzim hemeoksigenase dan bantuan bakteri.
Dengan enzim ini hemoglobin dapat dipecah menjadi biliverdin sehingga jika positif strip berubah warna menjadi hijau," ujar Irvan.
Alat ini disebut masih dalam tahap pengembangan. Mereka masih berfokus pada tahap isolasi enzim.
"Kami memiliki target alat ini bisa selesai sebelum liburan ujian," ujar Neng.
(Kaka)
Ilustrasi: pintarnulis.com