GenBI Jabar Dari UIN Bandung Raih IPK 3,99 (Cumlaude) Meski Kondisi Ekonomi Pelik



Bandung, Beritainspiratif.com - Bagi banyak orang, lulus kuliah dengan predikat pujian atau Cumlaude memerlukan biaya yang mahal, segala kebutuhan harus terpenuhi, atau bahkan uang jajan yang banyak, namun hal itu tidak berlaku bagi salah satu sarjana jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Bandung, Asep Muhamad Budrik.

Pemuda asal Kecamatan Gununghalu kab. Bandung Barat ini lulus dengan IPK 3.99 Ia bercerita, bahwa predikat cumlaude yang ia raih tidak melulu tergantung pada kondisi ekonomi orang tuanya, “Orang tua saya kerjanya hanya pedagang kecil, membiayai 3 anak sekaligus, orang tua saya pasti meminjam uang dulu untuk bayar semester, untuk membayar hutangnya ya orang tua saya mengumpulkan uang lagi selama 6 bulan,” ungkapnya kepada beritainspiratif.com. Senin (17/9/2018) melalui pesan singkat.

Terkait biaya, mahasiswa dengan IPK tertinggi se UIN Bandung ini juga merasa heran atas sulitnya akses beasiswa, padahal ia merupakan anak berprestasi bahkan sejak tingkat Sekolah Dasar “saya itu selalu mendapatkan 5 bahkan sering di peringkat 3 besar, dan juara umum sejak SD, tapi akses untuk beasiswa itu sangat sulit sekali informasinya” kata Asep.

Tak berhenti disitu, ‘Pucuk dicinta ulampun tiba’ harapan Asep mendapat beasiswa akhirnya tercapai. Sejak kuliah di Semester tiga orang tua Asep tak lagi pusing memikirkan dari mana biaya kuliah anaknya, lantaran Asep mendapat beasiswa dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) jalur prestasi.

Berkat usaha dan kerja keras, pada tahun 2017 Asep kembali mendapatkan Beasiswa, kali ini dari Bank Indonesia, meski begitu keinginan Asep untuk hidup mandiri sangat tinggi, ia tetap berjualan demi mencukupi kebutuhannya.

“Alhamdulillah dari semester 3 saya mendapatkan beasiswa dari kampus lewat jalur dipa prestasi, kemudian saya mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia tahun 2017 dan tercatat sebagai anggota GenBI Jabar, tapi saya juga mendapat penghasilan dari berjualan pulsa, parfum, flashdisk dan barang lainnya yang menurut saya dapat menghasilkan,” kenang Asep.

Diakhir percakapan Asep menyampaikan, ditengah hilir mudik informasi, mahasiswa sangat penting mengambil sikap dalam setiap kondisi, “Mengikuti pekembangan itu perlu namun jangan terlalu terbawa arus zaman itu sendiri, jadilah agent of change yang sebenarnya dimulai dari komitmen diri sendiri ketika mulai memasuki perguruan tinggi,” tegas Asep.

Kini asep berkomitmen membuka lapangan kerja sembari melanjutkan kejenjang pasca sarjana. Tetap semangat Asep, terus lah berkembang.   (Yanis)

Berita Terkait